GridPop.ID - Dunia maya digegerkan dengan sebuah utas dari seorang wanita yang curhat soal pernikahnnya hanya bisa bertahan 12 hari saja.
Wanita asal Malang berinisial NM (23) itu menceritakan detail dari rencana pernikahan hingga akhirnya berpisah dengan sang suami.
Kisah NM itu pun beredar di Twitter hingga jadi viral di media sosial.
Mengutip dari Tribunnews.com, kisah NM awalnya terasa manis bak madu. Ia dan suami dipertemukan oleh temannya pada 2018.
Komunikasi yang terjalin di antara NM dan suaminya berjalan baik hingga keduanya mulai dekat sampai pada April 2019, NM pun dilamar.
Hingga NM dan suaminya menikah namun tiba-tiba suaminya meninggalkannya tanpa ada kejelasan.
Sikap syuami NM bahkan sudah berubah menjelang pernikahan hingga rumah tangga mereka tidak bertahan lama hanya 12 hari saja.
Dalam artikel Tribunnews.com dengan judul Viral Cerita Pernikahan di Malang yang Hanya Bertahan 12 Hari, Sang Istri: Saya Dibuang Begitu Saja, NM mengakui seluruh ceritanya itu.
"Saya dibuang begitu saja, tanpa dikembalikan ke orang tua saya dengan baik," tutur NM saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (21/1/2020).
Ia berharap apa yang dialaminya tidak terjadi pada orang lain. Hingga saat ini, NM menuturkan, pihak laki-laki dan keluarganya sama sekali belum menemuinya.
Lebih lanjut, NM berencana mengajukan pembatalan pernikahan dan perceraian.
"Rencananya saya mau mengajukan pembatalan pernikahan dan perceraian tapi masih dalam tahap diskusi keluarga," ungkapnya.
MARRIED FOR 12 DAYS
Based on my real story
— Nayyyyyyyyyy (@NaimaMaheswari) January 20, 2020
Catatan terkelam sepanjang hidupku pic.twitter.com/f2BV6NV6PD
Kisah NM yang viral tersebut tentu menyita banyak perhatian dari publik, tak kecuali ahli psikolog keluarga.
Merujuk artikel dari Tribun Style, seorang psikolog keluarga dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, M. Psi., menanggapi kejadian yang menimpa NM.
Menurut Adib, suami NM memungkikan mengalami trauma mengenai sikap-sikap pasangan yang dulu pernah diterimanya.
"Barangkali trauma dicerewetin sama pasangan, diatur-atur, itu bisa saja," kata Adib
Lebih lanjut, psikolog di praktekpsikolog.com itu menyampaikan, laki-laki tersebut kemungkinan memiliki kepribadian yang cenderung lemah.
"Kalau kepribadiannya nggak kuat, ada tekanan dikit, dia mudah down," terangnya.
Secara umum, sikap suami NM tersebut biasanya terjadi pada orang-orang yang memiliki mental block.
"Mental block dalam arti dia punya pengalaman dibully saat masih sekolah atau mungkin pernah menddapat kekerasan dari orang tuanya, itu yang membuat dia memiliki permasalahan yang banyak," kata Adib.
Mengetahui kisah yang dialami NM, psikolog dari Bintaro, Jakarta Selatan, itu menilai suami NM mengalami trauma masa lalu yang belum diuraikan.
"Bisa aja sih sebenarnya dia punya trauma masa lalu yang belum diuraikan, dia menikah, terus merasa berat," kata Adib.
"Menurut saya, ini masalahnya antara sedang sampai berat," sambungnya.
Adib juga beranggapan bahwa suami NM masih terlalu egois.
"Ini perlu dibina memang oleh orang tunya, mertua, atau saudaranya," lanjut Adib.
Adib menuturkan kurang matangnya kepribadian suami NM juga bisa menjadi penyebab runtuhnya keluarga mereka.
"Mungkin karena dia belum matang, barangkali belum matang secara kepribadian sehingga merasa tertekan," terang Adib.
Menurut Adib, dalam suatu pernikahan harus terdapat visi-misi bersama untuk menyelesaikan permasalahan berdua.
"Ini kan baru menikah, belum punya anak, artinya pengeluaran belum sebanyak kalau punya anak kan? Sebaiknya setiap ada masalah ya dikomunikasikan lah," tuturnya.
Selain itu, Adib menyampaikan dalam sebuah pernikahan setiap pasangan perlu untuk saling mengalah.
"Lebih baik saling mengalah daripada ego-egoan, takutnya suaminya belum matang jadi main pergi aja," ujar Adib.
Komunikasi Menjadi Hal Terpenting dalam Keluarga
Adib menyampaikan, komunikasi merupakan hal terpenting dalam keluarga. Pasalnya, masalah akan selalu ada dalam pernikahan.
Apabila pasangan mampu mengkomunikasikan setiap masalah yang dialami, adib mengatakan, setiap permasalahan pun akan mampu teratasi.
"Masalah pasti ada, apalagi ini baru menikah. Tentunya, ketika sudah menikah, jangan seperti anak kecil yang dikit-dikit ngambek, dikit-dikit pergi ke rumah orang tuanya, ke temennya," sambungnya.
Adib menyarankan pada semua pasangan untuk dapat membicarakan masalah yang dialami dalam keluarga.
"Sebisa mungkin semua masalah itu dibicarakan, pasti ada solusi," tuturnya.
Selain itu, Adib menuturkan, ketika seseorang sudah memutuskan menikah artinya mereka harus siap unuk dewasa.
Ia menegaskan, dalam pernikahan, sebaiknya setiap masalah diselesaikan berdua saja dengan pasangannya. Dalam kasus NM ini, Adib menilai ruang komunikasi keduanya masih cenderung tertutup.
"Segala masalah harus diselesaikan berdua, jangan dikit-dikit curhat, dikit-dikit nyalahin, lebih baik komunikasikan berdua," katanya.
"Ruang komunikasinya masih cenderung tertutup ini sampai suaminya curhat ke saudaranya. Ruang komunikasi mereka berdua ini belum terbentuk, mereka belum saling memahami," sambungnya.
Menurut Adib, pasangan suami-istri harus mampu membangun pondasi pernikahannya.
"Selain cinta, pondasi pernikahan itu adalah komitmen dan kemauan berkomunikasi. Komunikasi sangat penting, yaitu bagaimana mengkomunikasikan masalah-masalah yang dialami mereka berdua," lanjutnya. (*)
Source | : | Tribunnews.com,Tribun Style |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar