GridPop.ID - Insiden susur Sungai Sempor pada Jumat (21/2/2020) kemarin menjadi catatan hitam bagi keluarga yang ditinggalkan.
Namun di balik rasa duka setelah 10 siswa tewas dalam tragedi tersebut, kita juga tidak boleh lupa terhadap misi penyelamatan para siswa yang hanyut.
Adalah Mbah Diro seorang kakek berusia 71 tahun, dan Sudarwanto atau biasa dipanggil Kodir (37) si pemancing yang namanya disebut-sebut sebagai sosok heroik.
Bagaimana tidak, Mbah Diro dan Kodir telah menyelamatkan puluhan siswa meski nyawa mereka jadi taruhannya.
Mbak Diro, gendong siswa meski usianya tua dan tubuh renta
Di usianya yang tak lagi muda, Mbah Diro tetap memiliki nyali tinggi untuk menerjang derasnya arus Sungai Sempor kala itu.
Teriakan minta tolong dari siswa-siswi SMPN 1 Turi membulatkan tekadnya untuk terjun ke Sungai Sempor ketika ia tengah membersihkan makam.
"Saya sudah mau memperingatkan supaya naik saja karena cuaca tidak mendukung. Lalu sudah dengar anak-anak minta tolong. Anak saya langsung menghampiri, katanya anak-anak kintir (hanyut terbawa arus)," kata kakek 71 tahun itu.
Tubuh Mbah Diro yang berperawakan kurus itu menggapai anak-anak yang hanyut di tengah derasnya aliran sungai.
Beberapa bocah yang lemas karena kelelahan menahan derasnya arus lalu digendongnya.
"Saya sempat ikut hanyut, anak masih di punggung saya. Saya bisa pegangan, tapi karena batu licin, jadi terpeleset, kaki kena dan luka," kata dia.
Kala itu, Mbah Diro sadar akan bahaya di depan matanya itu bisa mengancam dirinya yang sudah tua karena arus Sungai Sempor saat itu memang sangat deras.
Kendati demikian, satu hal yang terus dia pikirkan yakni menyelamatkan sebanyak-banyaknya siswa.
Kodir 'berperang' dengan arus sungai selama 2,5 jam
Saat itu, Sudarwanto (37) alias Kodir dan adiknya, Tri Nugroho, tengah berjalan menuju Sungai Sempor untuk memancing.
Kakak beradik itu rupanya memiliki kebiasaan memancing setelah turun hujan.
Namun belum juga pancing dipasang, ia dikagetkan dengan jeritan minta tolong dari para siswa.
Mereka bergegas meloncat ke sungai dan menemukan sejumlah siswa dalam keadaan bersusah payah bertahan dari terjangan arus deras Sungai Sempor.
"Saya tak pikir panjang lagi, apalagi saya sudah hafal betul kondisi sungai di sekitar situ," kata Kodir.
Kodir fokus mengevakuasi siswa-siswa di tengah sungai, sedangkan Tri mengevakuasi siswa yang berada di pinggir sungai.
"Saya renang ya berat karena arusnya deras. Satu-satu saya gendong terus bawa ke pinggir," katanya.
Kodir bertahan melawan derasnya arus selama kurang lebih 2,5 jam dan berhasil mengevakuasi lebih dari 10 orang siswa.
Baca Juga: Berawal Dari Sebuah Film, Mawar Eva de Jongh Blak-blakan Ungkap Hubungannya dengan Bryan Domani
Terima penghargaan
Berkat keberaniannya, Kodir dan Mbah Diro memperoleh penghargaan dari Kementerian Sosial berupa sertifikat dan uang tunai Rp 10 juta.
Sebelumnya, Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun juga memberikan tali asih kepada keduanya pada Senin (24/2/2020).
Segala bentuk apresiasi tersebut lantaran mereka menyelamatkan orang lain meski harus mempertaruhkan nyawa mereka sendiri.
Kodir mengaku, niatnya menolong hanya karena rasa kemanusiaan, bukan berharap imbalan.
Sementara Mbah Diro dalam kesempatan itu mengatakan, bukan hanya dirinya dan Kodir yang menyelamatkan para siswa, namun ada banyak warga yang menolong.
Untuk itu, Mbah Diro dan Kodir lebih memilih menyumbangkan uang tersebut ke warga desa.
"Saya sebenarnya tidak sanggup menerima ini. Niat saya hanya menolong, karena kemanusiaan," tegas Mbah.
"Uang ini akan saya bagikan dan saya sumbangkan untuk membangun masjid," jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan Kodir, menurutnya dirinya hanya mengikuti insting kemanusiaan saatg terjun ke sungai dan menyelamatkan para siswa. (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar