GridPop.ID - Berbagai informasi tentang Covid-19 sempat beredar dan viral di media sosial.
Salah satunya adalah imbauan untuk tak pergi ke rumah sakit saat pandemi virus corona.
Informasi itu pun menjadi viral di media sosial Facebook dan dibagikan kembali oleh ribuan akun lain, namun saat ini unggahan itu telah dihapus dan tidak ditemukan lagi.
Beredarnya informasi tersebut yang tidak didasari adanya fakta maupun diungkapkan oleh ahlinya, seperti dokter, tentu bisa menjadi informasi menyesatkan atau hoaks.
Lebih lanjut, berikut narasi yang diunggah oleh pemilik akun Facebook Ietha Griya Salwa.
"HINDARI RUMAH SAKIT SEBISA MUNGKIN
- Jika kalian sedang batuk, pilek, demam, anggap aja itu kalian kena Covid-19. Obatnya gampang di dapur banyak banget.
- Jika batuk-batuk, ambil jeruk nipis potong jadi dua peras & masukkan ke air mendidih, minum saat hangat² tambahkan Madu/gula jawa.
- Jika panas & batuk beli obat Aspirin 100mg, dan paracetamol, dan minum vitamin atau perbanyak makan sayur & buah²an. Jangan makan buah yg banyak getahnya, paling bagus jeruk dan Buah mengkudu.
-Jika sesak nafas lakukan Nebul (caranya masak air saat air mendidih, uapkan hidung dan mulut diatas air mendidih tersebut) Lakukan 2 kali sehari.
JANGAN PERNAH MAU DIRUJUK KE RS KECUALI SAKIT PARAH
Istirahat di rumah aja sampai bener² sehat, bukan agak sehat tapi bener² sehat.
INGAT! COVID tidak sehebat seperti video² viral yg bredar. Buang rasa takut pada Covid jauh², karena obatnya didapur sudah tersedia.
Semoga bermanfaat, Semoga masyarakat +62 tambah pinter gak digoblok²in sama Medsos. Terutama video dari Luar Negeri yg menakut²i masyarakat sedunia. Tapi ingat jangan sampe meremehkan Covid-19, tetap mengikuti protokol kesehatan.
Inshaallah tidak lama lagi semua akan terungkap, ada tujuan apa di balik Covid ini.
INGAT! Covid itu hanya penyakit batuk, pilek biasa,,,! Berpikir positif hilangkan rasa was² dan takut, itu akan menambah imun kita naik.
SELAMAT TINGGAL TINGGAL COVID-19…
Terkait hal ini, Kompas.com pun meluruskan informasi yang beredar ini dengan menghubungi dokter spesialis penyakit dalam yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof DR dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, Minggu (31/5/2020).
dr Ari mengatakan, sebagian besar informasi yang disebutkan dalam pesan tersebut tidak benar atau hoaks.
Bahkan, dr Ari menekankan, jika mengalami gejala Covid-19 sebaiknya segera menuju ke rumah sakit sebelum terlambat mendapatkan penanganan.
"Info ini (yang viral di Facebook) hoaks. Pasien Covid-19 yang meninggal karena terlambat datang ke RS. Lebih cepat datang ke R,S lebih cepat mendapat pengobatan kalau memang masuk orang dalam pantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP). Kalau sudah sesak datang ke RS sudah terlambat," ujar dr Ari saat dihubungi Kompas.com, Minggu.
Menurut dia, informasi dalam unggahan akun di atas menyesatkan dan dapat membahayakan.
Apalagi, jika seseorang berstatus ODP dan PDP, kemudian mengalami gejala Covid-19, ada tindakan medis yang harus dilakukan petugas medis.
Pasien ODP atau PDP ini akan diperiksa apakah terdapat keluhan demam, batuk, dan pilek karena Covid-19 atau tidak.
"Pasien juga perlu pemeriksaan darah, di beberapa RS bisa dikerjakan rapid test, apalagi kalau ada riwayat kontak, jika ternyata masuk ODP dan PDP dirawat dan akan mendapat obat standar yang bisa menekan jumlah virus, sehingga inflamasi yang terjadi tidak berat," ujar dr Ari.
Pentingnya memeriksakan gejala ke RS
Sementara itu, ahli penyakit tropik dan infeksi, dr Erni Juwita Nelwan, SpPD-KPTI mengatakan, ia tak menyarankan anjuran seperti dalam pesan di atas, untuk melakukan pengobatan di rumah dan tidak memeriksakan diri ke rumah sakit.
Menurut dia, seseorang dengan kondisi tertentu membutuhkan sejumlah pemeriksaan, termasuk tes darah dan hal tersebut hanya dapat dilakukan di RS.
"Sebenarnya kalau memang sakitnya ringan dan bisa dengan obat yang dijual bebas memang tidak apa-apa. Akan tetapi ada beberapa penyakit gejalanya demam, ternyata demam berdarah," ujar dr Erni saat dihubungi secara terpisah oleh Kompas.com, Minggu (31/5/2020) siang.
dr Erni menjelaskan, masyarakat harus berhati-hati dengan gejala tersebut untuk memastikan penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, butuh penanganan dari petugas RS.
"Jadi, harus lihat gejalanya itu sendiri. Jangan sampai bahaya karena terlambat. Misal kondisinya sudah lemah sekali, atau sampai tidak bisa makan, karena muntah-muntah tentu kondisi seperti ini harus ke dokter," lanjut dia.
Menilik gejala ringan yang disebutkan dalam unggahan akun Facebook di atas, yakni batuk, pilek, dan demam, dr Erni menjelaskan, yang penting dipahami adalah fase inkubasi.
"Kalau gejala agak sulit, patokannya keadaan umum saja, dan sakitnya tidak yang pas hari iru keluar langsung jatuh sakit. Ada fase inkubasinya. Yang penting jaga daya tahan tubuh dan menerapkan protokol kesehatan," ujar dr Erni.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak meremehkan Covid-19.
Hal terpenting yang dijalankan adalah selalu menerapkan prokotol kesehatan yang sudah dianjurkan, memperhatikan kesehatan setiap anggota keluarga di rumah, dan jika membutuhkan perawatan medis harus segera dilakukan.
Tindakan nebul dapat membahayakan
Terkait penjelasan pengobatan mandiri di rumah, seperti mengonsumsi aspirin, mengonsumsi jeruk nipis, dan melakukan nebul, ada yang harus diperhatikan.
Dokter spesialis paru dan konsultan onkologi di Rumah Sakit Umum Pringadi, Kota Medan, dr Mohammad Ramadhani Soeroso, SpP(K) mengatakan, mengobati batuk dan pilek dengan jeruk nipis dan mengonsumsi aspirin memang tidak ada efek samping.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah tindakan nebul saat seseorang mengalami gejala sesak napas.
dr Ramadhani menjelaskan, nebul dapat berbahaya jika uap panas yang dihirup terlalu lama dan berakibat iritasi pada kulit wajah.
"Hati-hati kalau nebul pakai air mendidih, karena uap panas ini dapat berakibat iritasi pada kulit wajah, wajah bisa terluka," ujar dr Ramadhani kepada Kompas.com, Minggu (31/5/2020).
Ia menambahkan, gejala batuk dan pilek merupakan salah satu gejala infeksi virus corona yang juga berdampak pada saluran pernapsan dan bisa mengakibatkan gagal napas.
Melansir pemberitaan Kompas.com, 24 Maret 2020, ada tanda-tanda batuk yang mengindikasikan penderita Covid-19 antara lain batuk kering yang terjadi terus menerus dan batuk kering tidak berdahak.
Untuk penjelasan rinci dapat disimak pada link berikut.
dr Ramadhani mengatakan, jika berstatus PDP ringan atau Orang Tanpa Gejala (OTG) dengan rapid test reaktif atau swab positif, maka dapat melakukan isolasi mandiri dengan arahan dari tenaga medis yang tepat.
Sementara, orang dengan status PDP sedang dan PDP berat dapat dirujuk ke rumah sakit.
Source | : | kompas |
Penulis | : | Septiana Risti Hapsari |
Editor | : | Popi |
Komentar