Laki-laki lulusan SMK itu harus merasakan getir kehidupan sambil terus berpikir bagaimana cara untuk bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19.
“Sangat lama waktu nganggur. Nganggur aja luntang lantung enggak jelas,” ujar Junaedi sambil mengingat masa-masa itu sambil tertawa.
Pada awal ia menganggur, Junaedi mencoba mencairkan dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dana tersebut akan ia gunakan untuk menambah modal untuk membuka usaha dan bertahan hidup.
“Tapi gue dengar kabar dari ibu, dia itu gadai emas dan akhirnya gue mutusin buat bayar uang gadaiannya serta kasih uang gue buat biaya hidup di rumah. Setelah itu gue ngerasa hampa, enggak punya apa-apa,” katanya.
Demi ibunya, ia rela tak memiliki uang. Keluarga baginya adalah yang utama.
Dari bulan Februari hingga Oktober, bisa dibilang Junaedi tak berpenghasilan. Sementara waktu dia menggantungkan hidup dengan orangtuanya.
Berani bangkit
Berani Bangkit
Pada Juni lalu, Junaedi mewujudkan cita-cita untuk menjual minuman kopi dalam kemasan botol.
Untuk urusan mencicipi rasa minuman kopi, Junaedi dibantu oleh rekan yang juga pernah bekerja di tempat sama.
“Gue coba beraniin diri buat minjam uang sama orang, buat bikin usaha kopi botolan. Resep diracik gue sendiri,” tambah laki-laki kelahiran Jakarta ini.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar