GridPop.ID - Selama pandemi Covid-19 seperti sekarang mencari pekerjaan memang bukanlah perkara yang mudah.
Tak terkecuali bagi pemuda 21 tahun bernama Junaedi.
Sudah 15 perusahaan yang ia lamar, namun tak satupun ada yang berbuah manis.
“Saya kesal, lamar sana sini lewat e-mail enggak dipanggil-panggil. Pas pandemi Covid-19 juga susah buat ngelamar,” kata Junaedi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/10/2020) sore.
Junaedi pada Oktober tahun lalu memutuskan berhenti bekerja setelah dua tahun menjadi barista di sebuah restoran kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.
Dia mengaku ingin mengejar impiannya untuk membuka lapangan kerja.
“Awal awalnya mau buka usaha kopi juga, tapi gagal karena kurang budget dan belum dapat lokasi,” ujarnya.
Usahanya tak berjalan mulus. Ia memutuskan untuk bekerja lagi.
Pil pahit harus Junaedi telan sejak bulan Januari-September resmi menyandang status pengangguran.
Laki-laki lulusan SMK itu harus merasakan getir kehidupan sambil terus berpikir bagaimana cara untuk bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19.
“Sangat lama waktu nganggur. Nganggur aja luntang lantung enggak jelas,” ujar Junaedi sambil mengingat masa-masa itu sambil tertawa.
Pada awal ia menganggur, Junaedi mencoba mencairkan dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dana tersebut akan ia gunakan untuk menambah modal untuk membuka usaha dan bertahan hidup.
“Tapi gue dengar kabar dari ibu, dia itu gadai emas dan akhirnya gue mutusin buat bayar uang gadaiannya serta kasih uang gue buat biaya hidup di rumah. Setelah itu gue ngerasa hampa, enggak punya apa-apa,” katanya.
Demi ibunya, ia rela tak memiliki uang. Keluarga baginya adalah yang utama.
Dari bulan Februari hingga Oktober, bisa dibilang Junaedi tak berpenghasilan. Sementara waktu dia menggantungkan hidup dengan orangtuanya.
Berani bangkit
Berani Bangkit
Pada Juni lalu, Junaedi mewujudkan cita-cita untuk menjual minuman kopi dalam kemasan botol.
Untuk urusan mencicipi rasa minuman kopi, Junaedi dibantu oleh rekan yang juga pernah bekerja di tempat sama.
“Gue coba beraniin diri buat minjam uang sama orang, buat bikin usaha kopi botolan. Resep diracik gue sendiri,” tambah laki-laki kelahiran Jakarta ini.
Bermodalkan Rp 500.000, ia memberanikan diri untuk memulai usaha minuman kopi botolan. Selama sebulan berjalan, Junaedi kembali terpuruk.
“Mandek karena yang jual banyak, dan ini cuma online aja. Sudah gitu enggak ada varian lain,” ujar Junaedi.
Junaedi tak patah arang saat usahanya tersendat.
Ia kembali memberanikan diri untuk membuka usaha kudapan. Bakso, otak-otak, dan sosis bakar menjadi pilihan yang ia jajakan dengan modal Rp 1,3 juta, hasil dari meminjam uang kakaknya.
“Setelah bisnis kopi botolan mandek, gue coba pinjam uang sama kakak gue buat buka usaha depan rumah seperti sekarang ini. Ya alhamdulillah berjalan,” ujarnya.
Ia membuka usaha berjualan makanan di depan rumahnya, di Jalan Menteng Tenggulun No 13 RT 011/RW 01, Menteng, Jakarta Pusat. Setiap hari usaha makanannya buka mulai pukul 16.00-22.30 WIB.
Ia menargetkan pembeli dari warga sekitar. Menurut Junaedi, makanannya bisa dikonsumsi segala kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Usaha makanannya sudah berjalan seminggu. Setiap hari, ia mendapatkan omzet penjualan Rp 45.000.
Makanan yang ia jual berharga Rp 5.000 per tiga tusuk. Ia mengaku akan terus berusaha untuk menjalankan usahanya.
“Perlahan aja gue mah. Yang penting mutar dulu. Target sehari sih Rp 65.000,” ujarnya.
Kepedulian terhadap sesama
Junaedi awalnya hanya berniat untuk kerja untuk mencari pengalaman kerja. Ia berpikir tak akan bisa mengembankan diri jika hanya bekerja di restoran.
“Karena niat gue dari dulu ya buat peduli satu sama lain seperti anak yatim, pecandu narkoba, orang-orang yang enggak mampu,” ujarnya.
Pemikiran untuk saling berbagi ia terus pupuk. Junaedi bercita-cita membuka lapangan kerja untuk orang-orang yang hidupnya kurang beruntung.
“Itu agar mereka bisa ngubah hidup mereka dan keluarganya serta punya masa depan yang cerah,” tambahnya.
Usahanya kelak akan mempekerjakan orang-orang eks pengguna narkoba dan orang-orang tak mampu.
Ia merasa tak tega saat melihat orang-orang demikian terpuruk.
“Pasti punya alasan kenapa mereka kayak gitu dan pasti punya juga berubah hidup mereka biar jadi lebih baik lagi,” tambah Junaedi.
Inti dari niat Junaedi adalah berbagi pelajaran agar saling peduli satu sama lain. Selain itu, mereka bisa memiliki mimpi yang cerah di masa depan.
“Semoga saja awal tahun ini gue bisa dapat orang-orang kayak gitu yang gue impikan bisa kerja bareng dan usaha gue juga mulai naik,” kata Junaedi.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, Kisah Junaedi, 15 Kali Gagal Lamar Kerja dan Jatuh Bangun Bangun Usaha di Tengah Pandemi Covid-19
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar