Kemudian usahanya itu mulai mengalami peningkatan, karena pada 1996, akhirnya ia melakukan ekspor hasil perikanan untuk kali pertama.
"Lalu ya jualan ikan di Jakarta, Semarang, Cilacap, kirim dari Pangandaran, lalu setelah itu ekspor tahun 96," kata Susi.
Namun Susi akhirnya harus mengalami pahitnya berbisnis, ia sempat ditipu.
Kendati demikian, ia kembali bangkit, mencoba tetap fokus menjalani bisnisnya itu.
Karena dalam dunia bisnis, 'jatuh bangun' merupakan hal yang biasa.
"Terus juga ditipu oleh orang Korea, terus ya jalan lagi (usaha saya), ya jatuh bangun, sampai tahun 96 kita ekspor," papar Susi.
Lalu beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 2001 silam, Susi kembali menemui hambatan dalam menjalankan bisnisnya karena ekspornya tiba-tiba harus terhenti.
Hal itu dipicu minimnya hasil tangkapan laut yang seharusnya menjadi komoditas yang akan diekspor.
Saat itu, ia pun kesal dan malah menyalahkan nelayan yang bermitra dengannya.
"Namun tahun 2001 juga berhenti, tidak bisa ekspor lagi karena produk perikanan hilang, ikannya hilang semua. Saya pikir ya saya marahin nelayan 'kamu jaringnya merusak, terlalu kecil mata jaring, dan lain-lain'," tegas Susi.
Empat tahun berlalu, tepatnya pada 2005, Susi akhirnya bisa membeli pesawat.
Saat punya pesawat itulah, ia baru mengetahui bahwa di tengah laut banyak beroperasi kapal besar yang menangkap ikan.
Komentar