Sebuah tinjauan pada literatur ilmiah DCN menyebut, aroma kopi yang kuat dapat digunakan sebagai barometer timbulnya infeksi Covid-19.
Mengingat, Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat sudah mencantumkan hilangnya indera penciuman atau anosmia sebagai salah satu gejala paling umum dari Covid-19.
Dalam studi terbaru , 50-80 persen orang yang positif terkena Covid-19, kemampuan penciumannya pun berkurang.
Mengingat prevalensi anosmia di antara pembawa Covid-19 sangat tinggi, beberapa dokter mendesak orang-orang untuk mulai mencium aroma kopi.
"Salah satu hal yang dapat dilakukan dengan sangat mudah, secara obyektif oleh seseorang di rumah adalah dengan mengambil kopi bubuk, dan melihat seberapa jauh kita masih bisa mencium aromanya."
Demikian dikatakan Profesor James Schwob dari Fakultas Kedokteran Tufts University di Massachusetts, Amerika Serikat.
"Atau, lakukan hal yang sama dengan alkohol atau sampo yang kita punya."
"Jika hidung tidak tersumbat, tapi kita kesulitan mengenal aroma lain, mungkin kita harus segera melakukan tes," kata dia.
Direktur Smell and Taste Center di Fakultas Kedokteran Pennsylvania University, Richard Doty pun ikut memberikan penjelasannya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar