GridPop.ID - Pemeriksaan Covid-19 diperlukan agar menekan laju penularan virus Corona.
Di Indonesia sendiri, ada 3 jenis pemeriksaan atau tes Covid-19 yang umum digunakan.
1. Tes PCR
Tes jenis ini dianggap menjadi tes paling akurat untuk mendeteksi virus Covid-19.
Metode pengujian dilakukan dengan mengumpulkan sampel lendir dari hidung atau tenggrokan dengan menggunakan kain penyeka khusus.
Hasil tes ini bisa didapatkan dalam hitungan menit hingga hari, tergantung dari fasilitas laboratorium.
2. Tes Atigen atau rapid test
Jenis test ini juga disebut dnegan "rapid test" karena hasilnya bisa didapat dalam hitungan menit. Biaya yang dibutuhkan juga lebih murah.
Sayangnya, tingkat akurasi utuk mendeteksi infeksi aktif sangat rendah sehingga jenis test ini tidak disarankan untuk mendeteksi Covid-19.
3. Tes antibodi atau tes darah
Tes antibodi COVID-19 tidak dapat mendiagnosis infeksi virus korona aktif.
Jenis tes ini hanya mendeteksi apakah kita pernah mengalami infeksi di masa lalu.
Jenis test ini juga tidak disarankan untuk mendeteksi Covid-19 hingga pasien mengalami gejala minimal dalam waktu 14 hari.
Beberapa waktu lalu, ada alat pendeteksi Covid-19 baru yang dibuat dan dikembangkan oleh anak bangsa dari UGM (Universitas Gadjah Mada), yakni GeNose.
GeNose ini adalah jenis tes Covid-19 yang menggunakan hembusan napas sebagai sampel yang dideteksi.
Selain itu, harga untuk melakukan tes menggunakan alat GeNose ini relatif murah, yakni hanya Rp 20.000 rupiah saja per orang.
Dengan cara mudah dan harga murah, GeNose diklaim mampu mendeteksi dengan lebih cepat dengan akurasi di atas 90 persen.
Akan tetapi, hingga saat ini belum ada pernyataan dari Kemenkes maupun peneliti UGM, apakah alat ini bersifat screening atau dapat menggantikan peran tes PCR, tes rapid antibodi, dan tes rapid antigen.
Baru-baru ini, pemerintah mengeluarkan wacana baru terkait untuk pemeriksaan Covid-19.
Pemerintah berencana mengganti metode tes Covid-19 dari berbasis swab ke saliva. Hal ini sebagai upaya untuk mepercepat pendeteksian virus corona.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, tes PCR saliva adalah metode pengujian virus corona penyebab Covid-19 dengan menggunakan air liur.
"Dalam rangka mempercepat tes PCR kami sedang lakukan penelitian untuk ganti swab dengan saliva," ungkap Bambang dalam dalam webinar ILUNI UI, Sabtu (30/1/2021).
Menurut dia, pengetesan spesimen dengan metode saliva akan memakan durasi yang lebih cepat, sebab tak memerlukan ekstraksi atau pemurnian RNA virus, seperti yang selama ini dilakukan dengan metode swab.
Di sisi lain, tes saliva juga akan lebih nyaman daripada swab.
Bambang mengatakan, metode saliva sudah diterapkan di sejumlah negara.
Ia beraharap, Indonesia bisa segera menerapkan tes saliva PCR sehingga test Covid-19 bisa dilakukan lebih cepat dan murah ketimbang swab PCR.
Melansir dari GridHealth.ID, Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Infectious Diseases menyatakan, virus SARS-CoV-2 dapat dideteksi pada air liur pasien.
Studi ini mengungkapkan bahwa jumlah virus dalam air liur berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit.
Serupa dengan penelitian dengan sampel hidung atau tenggorokan, laporan ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 masih dapat dideteksi dalam air liur selama 20 hari atau lebih setelah diagnosis awal.
Laporan ini dapat mendukung gagasan bahwa air liur mungkin dianggap tepat.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Gridhealth |
Penulis | : | Septiana Hapsari |
Editor | : | Septiana Hapsari |
Komentar