GridPop.ID - Bencana alam banjir dan tanah longsor yang terjadi di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat dampak badai Siklon Tropis Seroja.
Akibatnya, jalan hingga jembatan rusak karena diterjang banjir bandang pada Minggu (04/04) lalu.
Ratusan ribu masyarakat NTT terpaksa mengungsi hingga tercatat lebih dari 80 orang meninggal karena bencana alam tersebut.
Sementara itu, bantuan terus disalurkan meski kondisi akses memburuk dan menyulitkan penyaluran.
Yang perlu dicatat, dampak badai Siklon Tropis Seroja bukan hanya dirasakan di NTT saja.
Dilansir dair Kompas.com, Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Agie Wandala Putra menjelaskan, siklon tropis adalah sistem tekanan rendah yang sering disebut dengan badai.
Badai tersebut disertai kecepatan angin maksimum lebih dari 34 knot dan pertumbuhan awan hujan yang masif di sekitarnya.
"Siklon tropis seroja sebelumnya adalah bibit siklon tropis 99S yang muncul sejak 2 April 2021," ujar Agie, saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/4/2021).
Bibit siklon tersebut kemudian berubah sejak Senin (5/4/2021) pukul 01.00 WIB menjadi siklon tropis karena kecepatan angin telah melewati 35 knot yang merupakan ambang batas siklon.
BMKG sendiri telah mendeteksi adanya 2 bibit siklon tropis sejak tanggal 2 April 2021.
Keduanya, yakni bibit siklon 90S di Samudera Hindia Selatan Lampung-Banten, dan 99S di sekitar NTT yang mulai terbentuk di sekitar Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur.
Agie menjelaskan siklon tropis seroja atau bibit 99S inilah yang menjadi penyebab cuaca ekstrem dan banjir yang terjadi di wilayah NTT beberapa waktu yang lalu.
Agie menjelaskan saat ini hanya siklon tropis seroja yang memiliki dampak langsung.
"Sementara bibit siklon tropis 90S di Samudera Hindia hanya memberikan dampak tidak langsung," ujarnya.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin menjelaskan, siklon tropis seroja bermula dari bibit siklon 99S yang mengalami peningkatan intensitas sejak Senin (5/4/2021) pukul 01.00 WIB.
Ia mengatakan berdasarkan pengamatan 5 April 2021 pukul 07.00 WIB siklon tersebut berada di posisi Laut Sawu sebelah barat daya Pulau Timor, 10.1LS, 122.4BT (sekitar 75 km sebelah timur laut Sabu).
Adapun siklon tersebut mengalami pergerakan sistem ke arah barat-barat daya menuju Samudera Hindia menjauhi wilayah Indonesia dengan kecepatan gerak sistem 3 knots (6 km/jam).
Kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 40 knots (75 km/jam) dengan tekanan di pusat sistemnya mencapai 991 hPa.
Terkait asal usul penamaan siklon, Miming menjelaskan penamaan sudah ada di list secara internasional.
Seperti siklon yang terjadi saat ini dinamakan dengan siklon Seroja. Siklon berikutnya akan dinamakan dengan nama Teratai.
"Jika ada siklon lagi di wilayah Indonesia selanjutnya dinamakan Teratai," kata dia.
Dilansir dari NOVA, belum selesai penanganan bencana di NTT, BMKG juga memperingatkan 6 provinsi lain untuk berhati-hati.
Pasalnya, badai Siklon Tropis Seroja akan bergerak ke arah barat daya.
Dengan demikian, provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera juga akan terdampak kondisi cuaca yang ekstrem.
Badai ini menyebabkan peningkatan kecepatan angin yang berpengaruh pada ketinggian ombak di beberapa laut Indonesia.
Selain itu, akan ada peningkatan labilitas atmosfer dan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah.
Melansir Kompas.id, berikut ini beberapa provinsi yang harus bersiap:
1. Nusa Tenggara Timur (NTT)
2. Nusa Tenggara Barat (NTB)
3. Bali
4. Jawa Timur
5. Jawa Tengah
6. DIY
7. Lampung
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Nova |
Penulis | : | Veronica S |
Editor | : | Veronica S |
Komentar