GridPop.ID - Setiap orang memiliki kisah tersendiri tentang perjalanan hidupanya.
Bahkan, ada yang mengalami kejadian di luar nalar yang mungkin tak bisa diterima oleh akal manusia.
Salah satunya kejadian yang dialami oleh gadis ini.
Pasalnya, dirinya merasakan hidup seperti Tarzan atau Mowgili yang ternyata juga terjadi di dunia nyata.
Dilansir dari laman GridPop.ID pada artikel Maret 2020 lalu, di dunia nyata kejadian itu dialami oleh Marina Chapman.
Menurut Marina Chapman, dia diculik saat masih balita.
Kemudian para penculiknya membuang dirinya ke dalam hutan di Kolombia dan dibiarkan agar mati.
Dan di hutan itulah ia mengalami seperti cerita Mowgli, diasuh oleh sekelompok kera capuchin dan diajarkan untuk bertahan hidup dengan makan buah-buahan dan biji-bijian.
Ia pun menganggap kawanan kera sebagai keluarganya dan melakukan apa yang mereka lakukan, seperti berjalan dengan keempat kaki.
“Aku belajar banyak insting dari binatang, khususnya ketika aku harus bertahan hidup di jalanan di kota,” kata Maria Chapman.
Dia menjelaskan, ketika harus mempertahankan diri sendiri, ia tahu bagaimana caranya balik melawan.
Kapan pun dia diserang, ia selalu memukul duluan sebelum dirinya dipukul karena ia harus bertahan hidup.
Seperti ditulis di Intisari Online yang melansir Life Daily, setelah lima tahun hidup bersama kera di hutan, dia ditemukan oleh beberapa pemburu.
Para pemburu membawa dirinya keluar dari hutan.
Dia menyangka segalanya akan menjadi baik dan dia akhirnya akan bersama manusia kembali.
Namun kenyataanya, hidupnya malah menjadi lebih buruk.
Para pemburu menjual dirinya sebagai seorang budak ke seorang pengurus rumah bordil yang kejam.
Marina muda hidup sebagai seorang pengemis jalanan dan diperbudak oleh sebuah keluarga penjahat.
Hingga suatu ketika ia diselamatkan oleh seorang tetangganya dan dibawa pindah ke Bradford, Yorkshire, Inggris.
Di Brandford inilah akhirnya dia menemukan cintanya dan membuat keluarganya sendiri.
Kisah Marina ini banyak diperdebatkan, khususnya mereka yang merasa skeptis, yang menolak untuk menerima klaim dirinya.
Namun, kapan pun ia ditanya tentang ‘keluarganya’, Maria sering menyebutkan kawanan kera yang membesarkannya dulu.
Maria akan mengatakan dengan tenang, “Aku ingin tahu, apakah kera hidup lebih lama dibandingkan manusia? Aku pikir itu mungkin saja bahwa mereka mungkin mengingat aku.”
Dia berharap bisa bertemu kembali dengan ‘ayah dan ibu angkatnya’ itu. Kemudian ia menulis otobiografinya pada 2013 dengan bantuan dari putrinya, Vanessa.
Otobiografi itu berjudul The Girl with No Name.
Sebagai tambahan, kera merupakan salah satu satwa yang dilindungi.
Meski belum banyak studi soal perilaku hewan, kera terbukti memiliki empati yang besar seperti manusia.
Dilansir dari laman kompas.com, hal itu terlah diamati ketika sekelompok kera terlihat menghibur dan mengadopsi kera muda yang diberi nama pipo.
Pipo terluka karena kecelakaan lalulintas dan terpisah dari kelompoknya.
Perilaku empati yang belum terlihat sebelumnya ini diamati di Taman Nasional Ifrane di Pegunungan Atlas Tengah Maroko.
"Kami pikir hanya kera yang sangat muda yang dapat diterima dalam sebuah kelompok. Namun, ternyata kera remaja seperti Pipo pun juga dapat masuk dalam sebuah kelompok baru," kata Liz Campbell, ilmuwan dari Oxford University dan International Fund for Animal Welfare (IFAW) yang menggambarkan perilaku kera barbary dalam jurnal Primates.
Selain perilaku empati tersebut, para peneliti mengetahui jika kera barbary juga membentuk kelompok sosial sebagai upaya untuk melindungi diri dari kerasnya lingkungan Pegunungan Atlas yang bersalju.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,intisari,GridPop.ID,Life Daily |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar