GridPop.ID - Pandemi Corona atau Covid-19 masih terus ada hingga saat ini.
Pemerintah pun berupaya secepat kilat untuk kebut vaksinasi bagi seluruh masyarakat.
Dilansir dari laman kompas.com, dalam dokumen Frequently Asked Question (FAQ) seputar Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 yang diunggah dalam laman resmi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI, dijelaskan bahwa vaksinasi Covid-19 memang tidak membuat kita 100 persen kebal dari Covid-19.
Tapi, vaksinasi Covid-19 akan mengurangi dampak yang ditimbulkan jika kita tertular Covid-19.
Sebagaimana manfaat dari vaksin lainnya, vaksin Covid-19 bermanfaat untuk memberi perlindungan tubuh agar tidak jatuh sakit akibat Covid-19 dengan cara menimbulkan atau menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh.
Untuk suntikan vaksin Covid-19 ini dilakukan sebanyak 2 dosis, namun jika ingin memperkuatnya beberapa negara menambah suntikan ketiga (booster).
Namun tak ada angin tak ada hujan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendadak meminta seluruh negara untuk menghentikan suntikan penguat (booster) vaksin Covid-19.
Dilansir dari laman trubunsolo.com, Direktur jenderal (dirjen) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut penghentian suntikan booster vaksin Covid-19 tersebut hingga setidaknya akhir September 2021.
Langkah itu diharapkan dapat memungkinkan setidaknya 10 persen dari populasi setiap negara untuk divaksinasi.
Hal ini juga dikarenakan kesenjangan antara tingkat vaksinasi di negara-negara berpenghasilan tinggi dan negara-negara berpenghasilan rendah, semakin melebar.
Tedros memahami kepedulian semua pemerintah di seluruh negara untuk melindungi rakyatnya dari pandemi.
WHO tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global.
"Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta," kata Tedros dikutip dari CNA.
"Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global yang menggunakan lebih banyak lagi," tambah Tedros.
Kesenjangan proses vaksinasi
Negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan sekitar 50 dosis untuk setiap 100 orang pada bulan Mei, dan jumlah itu meningkat dua kali lipat, menurut WHO.
Sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang, karena kurangnya pasokan.
"Kami membutuhkan pembalikan yang mendesak, dari sebagian besar vaksin masuk ke negara-negara berpenghasilan tinggi, ke sebagian besar ke negara-negara berpenghasilan rendah," kata Tedros.
Sejumlah negara sudah mulai vaksin dosis ketiga
Beberapa negara bahkan telah mulai menggunakan atau mulai menimbang kebutuhan akan dosis booster.
Jerman mengatakan pada hari Senin bahwa pada bulan September akan mulai menawarkan suntikan booster kepada orang-orang yang rentan.
Uni Emirat Arab juga akan mulai memberikan suntikan booster untuk semua orang yang divaksinasi lengkap yang dianggap berisiko tinggi, tiga bulan setelah dosis vaksin kedua mereka, dan enam bulan untuk rentang usia tertentu.
Pekan lalu, Presiden Israel Isaac Herzog menerima suntikan ketiga vaksin virus corona.
Israel telah memulai kampanye untuk memberikan suntikan booster kepada orang berusia di atas 60 tahun di negara itu.
Amerika Serikat pada bulan Juli menandatangani kesepakatan dengan Pfizer Inc dan mitra Jerman BioNTech untuk membeli 200 juta dosis tambahan vaksin Covid-19 mereka untuk membantu vaksinasi anak serta kemungkinan suntikan booster.
Regulator kesehatan Amerika Serikat masih menilai perlunya dosis booster.
Vaksin Dosis Ketiga Untuk Tenaga Kesehatan di Indonesia
Diketahui, di Indonesia suntikan dosis ketiga vaksin Covid-19 rencananya akan dilakukan untuk tenaga kesehatan.
Dilansir dari laman tribunnews.com, Kementerian Kesehatan menegaskan vaksinasi dosis ketia atau tambahan (booster) hanya diberikan kepada tenaga kesehatan (nakes) dan tenaga pendukung kesehatan.
"Suntikan ketiga atau booster hanya diperuntukan untuk tenaga kesehatan, termasuk tenaga pendukung kesehatan," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmidzi, dalam keterangan resmi Kementerian Kesehatan, Senin (2/8/2021) pagi.
Ia mengatakan, ketentuan ini berlaku bagi nakes yang sebelumnya telah menjalani vaksinasi dosis pertama dan kedua.
Jumlah nakes maupun pendukung nakes yang dibidik untuk vaksinasi booster ini diperkirakan mencapai sekitar 1,5 juta orang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Nadia menjelaskan beberapa faktor mengapa nakes diprioritaskan untuk menerima vaksinasi booster.
Di antaranya keterbatasan pasokan vaksin dan masih ada sekitar lebih dari 160 juta target penduduk yang belum mendapatkan vaksinasi.
Karena itu, katanya, vaksinasi booster tidak diberikan kepada masyarakat umum.
"Kami memohon agar publik dapat menahan diri untuk tidak memaksakan kepada vaksinator untuk mendapatkan vaksin ketiga," ujar dr Nadia.
"Masih banyak saudara-saudara kita yang belum mendapatkan vaksin, mohon untuk tidak memaksakan kehendak," kata dr Nadia.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews,TribunSolo |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar