Masyarakat akan memanggulnya atau ada juga yang menggunakan becak.
Tak lupa ada iringan alat musik tradisional macam patrol, terbang, atau rebana.
Setelah diarak keliling kampung, jodang-jodang kemudian akan diletakkan di serambi masjid atau mushola.
Kemudian, telur-telur akan dibagikan pada masyarakat selepas pengajian dan makan bersama.
Saat ini, endog-endogan sudah semakin bervariasi. Kembang endog tak lagi mengikuti bentuk bunga.
Namun ada juga yang berbentuk barong, ular naga, pesawat, atau kerucut sesuai dengan kreativitas masyarakat.
Salah satu pembuat kembang endog Salimah mengatakah bahwa kini banyak masyarakat yang menggemari bentuk-bentuk kembang endog seperti burung atau kerucut.
“Jadi telurnya tidak lagi ditusuk bambu tapi digantung agar tidak cepat basi. Bentuknya juga lebih menarik terutama bagi anak-anak,” kata dia.
Kompas.com masih menunggu jawaban Pemkab Banyuwangi akan penyelenggaraan endog-endogan tahun ini, mengingat situsasi pandemi yang terjadi.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunstyle |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar