GridPop.ID - Masa-masa kehamilan adalah masa kritis tumbuh kembang janin.
Di 9 bulan masa kandungannya, tentu seorang ibu hamil wajib menjaga pola makan dan gaya hidup sehat, karena berdampak besar bagi kesehatan janin.
Dokter selalu menyarankan ibu hamil untuk menghentikan beberapa kebiasaan buruk seperti begadang, makan banyak permen, merokok, atau minum minuman beralkohol.
Namun meski si istri sudah sangat menjaga diri, terkadang suami masih suka lengah dengan apa yang dilakukannya itu ternyata bisa membahayakan perkembangan janin si istri.
Seperti yang dialami oleh pasangan suami istri asal Shenzhen, China ini
Dilansir Tribunnewsmaker.com dari Eva pada Sabtu 23 Oktober 2021, pria bernama Vuong menceritakan penyesalan yang kini harus ia hadapi.
Vuong bekerja sebagai programmer dengan tekanan pekerjaan yang tinggi hingga kerap merasa stres.
Vuong akhirnya sering merokok untuk menghilangkan penat yang ia alami, meski sang istri ketika itu tengah hamil.
Sang istri pun kerap menasihati Vuong agar berhenti merokok, apalagi mereka tengah menantikan kelahiran anak.
Tapi Vuong tak pernah mendengarkan istrinya, bahkan nasihat dari dokter juga tak mempan terhadap dirinya.
Vuong sebenarnya suami yang perhatian, kerap mengantar istriya memeriksakan kandungan.
Setiap datang, dokter selalu memberi arahan yang sama untuk meminta Vuong tidak merokok di rumah, terutama di dekat istrinya.
Hal itu perlu dilakukan demi janin dalam kandungan sang istri bisa tumbuh optimal.
Tapi Vuong tak pernah meggubris arahan itu.
"Saya yang merokok, bukan istri saya," jawab Vuong setiap kali dinasihati.
Mendengar hal itu, istri Vuong hanya bisa pasrah sambil menggelengkan kepala.
Hingga tibalah saat melahirkan, momen istimewa itu terjadi pada Juli 2021 lalu.
Anak Vuong pun lahir namun dilahirkan sebelum waktunya, alias prematur.
Ketika pertama kali melihat kondisi bayi, Vuong langsung menangis tergugu bahkan hampir jatuh pingsan.
Bayi Vuong lahir begitu kecil dengan berat badan yang tidak mencukupi.
Berat bayi tersebut hanya mampu mencapai 2 kg, seluruh tubuhnya kurus dan kecil hingga harus dimasukkan ke dalam inkubator.
Vuong langsung menyesali tindakan cerobohnya tak mau berhenti merokok.
Namun penyelasan itu kini terlambat, bayinya harus mengalami keterlambatan pertumbuhan.
Sebagai informasi tambahan, dampak buruk rokok bagi janin bukan hanya dialami oleh ibu yang aktif merokok, namun juga ibu hamil yang jadi perokok pasif.
Dilansir Kompas.com seorang ahli Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Persahabatan Agus Dwi Susanto mengungkapkan, ibu hamil perokok pasif (IHPP) berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah 20 persen lebih tinggi dibanding ibu yang tidak terpapar asap rokok.
Hal itu berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan di ruang persalinan SMF Obstetri Ginekologi RS Persahabatan.
Anak yang dilahirkan dari ibu hamil perokok pasif, berisiko lebih tinggi terkena penyakit bronkitis, pneumonia, infeksi Telinga-Hidung-Tenggorokan (THT).
"Gangguan pernafasan dan gangguan perkembangan paru juga lebih tinggi dibanding yang tidak terpapar asap rokok," kata Agus di Jakarta, Rabu (29/4/2015).
Jadi, Anda yang tidak merokok pun berisiko karena menjadi perokok pasif. Untuk itu, pastikan diri terhindar dari paparan asap rokok.
Sejumlah penelitian juga membuktikan bahwa paparan asap rokok pada masa pertumbuhan paru akan meningkatkan risiko asma dan penyakit paru di kemudian hari bagi anak.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnewsmaker.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Veronica S |
Komentar