Waktu ditanya kenapa mukanya lebam-lebam bonyok, MF mengakunya karena kecelakaan.
“Awalnya ngakunya karena kecelakaan. Tapi setelah ditanya lagi akhirnya terungkaplah kejadian tersebut (dugaan penganiayaan saat kegiatan pramuka),” katanya.
Menurut Mamay, anaknya mengalami lebam-lebam karena mendapatkan tindakan kekerasan seperti saling tempeleng dan ditempeleng saat mengikuti kegiatan latihan pasukan tongkat, yang akhirnya lokasinya diketahui di Sarayuda, Kertaharja, Cijeungjing, pada hari Sabtu tersebut.
Dan ternyata yang menjadi korban, tidak hanya MF, namun juga ada E dan FR, semuanya adalah siswa kelas X.
“Paling parah FR, sampai jatuh sakit dan sempat pingsan di tempat kosnya di depan SMAN 1 Ciamis,” ujar Mamay.
Mengetahui kondisi tersebut, Mamay langsung menemui orangtua E di Perum Kertasari kemudian mereka mendatangi SMAN 1 Ciamis pada Minggu (9/1/2022) siang tersebut sekitar pukul 11.00.
“Saya telpon Wakasek dan Pembina Pramuka. Kami bertemu di SMAN 1 Ciamis, setelah bertemu kami bersama wakasek menengok E yang lagi sakit di tempat kos-nya. Siang itu semuanya langsung dibawa ke RSUD Ciamis untuk diobati dan dirawat,” jelasnya.
Esok harinya, MF dan E sudah pulang dari RSUD Ciamis. Sementara FR kata Mamay, dibawa orangtuanya pulang ke Pangandaran dan kemudian dirawat di RSUD Pandega Pangandaran karena kondisi cukup parah.
“Informasinya, FR hari ini masih dirawat di RSUD Pandega,” ucap Mamay.
Dilansir dari Kompas.com, Ketua Kwarda Pramuka Jawa Barat, Atalia Praratya menerjunkan tim untuk mengusut insiden tradisi lingkaran setan yang membuat sejumlah siswa di SMA Negeri 1 Ciamis mengalami luka-luka.
"Saya sudah mendapat informasi soal insiden itu dan menugaskan langsung Ketua Harian Kwarda Pramuka Jabar untuk ke lokasi. Ini jadi perhatian kami," ujar Atalia saat dikonfirmasi lewat telepon seluler, Rabu (12/1/2022).
Source | : | Kompas.com,Tribun Jabar |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar