Kata JA, kegiatan adalah hasil keputusan bersama pengurus.
"Saya sebagai pradana, hanya datang dan koordinasikan anggota," jelasnya.
JA menyampaikan kepada peserta pelatihan jika merasa tidak sanggup atau tidak kuat, segera keluar lingkaran.
Menurutnya, tradisi tersebut untuk pembentukan karakter. Terakhir, ia menyebut bahwa saat duduk di kelas 10 juga mengalami hal itu.
Terkait kasus ini, Ketua Kwarda Pramuka, Atalia Praratya turun tangan langsung.
Ia menurunkan tim untuk mengusut tradisi lingkaran setan yang membuat sejumlah siswa di SMA Negeri 1 Ciamis luka-luka.
"Saya sudah mendapat informasi soal insiden itu dan menugaskan langsung Ketua Harian Kwarda Pramuka Jabar untuk ke lokasi. Ini jadi perhatian kami," ujar Atalia saat dikonfirmasi lewat telepon seluler, Rabu (12/1/2022) via Kompas.com.
Atalia membenarkan bahwa ada terjadinya aksi kekerasan yang disebut tradisi lingkaran setan itu.
Namun, saat tradisi lingkaran setan dilakukan, tidak diketahui pihak sekolah dan di luar kegiatan resmi kepramukaan.
"Jadi memang betul ada kejadian itu. Tapi saat aksi saling tampar itu tidak diketahui pihak sekolah dan bukan kegiatan resmi kepramukaan. Kejadian itu bagian dari pemantapan pangkat yang dilakukan seniornya," ucapnya.
Atas kejadian itu, Atalia meminta seluruh kegiatan kepramukaan di SMAN 1 Ciamis dihentikan sementara sebagai bagian dari evaluasi.
Ia juga langsung menghubungi salah satu keluarga siswa yang kini sedang dirawat di rumah sakit.
"Tadi saya langsung berhubungan dengan orangtua korban, anak ini mengalami luka yang cukup berat di pipi, gusi, rahang, bahu. Ini jadi perhatian khusus Kwarda karena saya khawatir kejadian ini terulang," jelasnya
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,TribunSolo.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar