Jika awalnya hanya mengancam mogok sekolah, remaja putra itu kini mulai berani ancam menganiaya ayahnya.
"Kalau tidak dibelikan, dia ancam mogok sekolah. Dan kata ayahnya dia pernah mau dibacok parang," kata Ismail.
Kalut dengan situasi ini, pasutri ini pun sepakat mengorbankan tanah mereka di Seumadam, Kejuruanmuda, Aceh Tamiang.
Lahan seluas 17x30 meter itu pun dilego murah untuk ditukar dengan satu unit motor trail.
"Mereka bilang bersedia tanah itu ditukar dengan kereta (sepeda motor), yang penting masalah selesai," sambung Ismail.
Keputusan menukar tanah dengan sepeda motor ini diakui keduanya sebagai satu-satunya solusi cepat dan tepat.
Sebab profesi Heru sebagai penderes TBS kelapa sawit diakui tidak cukup untuk memenuhi keinginan sang anak.
Heru mengaku saat ini sudah memiliki sepeda motor bebek. Namun si anak enggan memakai sepmor itu dan tetap ngotot dibelikan trail.
Di akhir kedatangan itu, Heru sempat meninggalkan fotokopi surat tanah yang hendak dijualnya kepada Koptu Ismail, sedangkan istrinya hanya bisa menangis.
Sebagai tambahan informasi seperti yang dilansir dari Tribunnews, kasus anak aniaya orangtua pernah terjadi di Dusun Mumpak, Desa Jabon, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (31/3/2021).
Source | : | Serambinews.com |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar