"Komplikasi apa yang harus saya hadapi malam ini? Preeklamsia? Perdarahan postpartum? Apakah kita bisa menyelamatkan mereka berdua?," tulis dr Daya dalam unggahannya di media sosial.
Selanjutnya, pasien tersebut langsung dilarikan ke ruang operasi.
Sayangnya, pasien tidak berhasil diselamatkan.
Keadaan pun semakin buruk, saat bayi yang baru lahir meninggal tidak lama kemudian.
Dua jiwa yang bahkan belum dewasa meninggalkan dunia pada malam yang menyedihkan itu.
"Ini bukan yang pertama kali terjadi dan tentunya bukan yang terakhir," beber dr Daya.
Belakangan terungkap bahwa insiden itu terjadi di Indonesia bertahun-tahun yang lalu ketika ia masih magang.
Dan melalui postingannya, dr Daya ingin mengingatkan dunia tentang betapa berbahayanya pernikahan anak di bawah umur.
Tak hanya merampas masa kecil mereka tetapi juga menimbulkan rasa sakit dan trauma pada mereka, secara fisik dan mental.
"Sangat mudah untuk mendukung konsep yang tidak berdasar tetapi ketika nyawa diambil dari dunia ini karena ide-ide itu, apakah para pendukung (diperbolehkannya pernikahan di bawah umur)akan bertanggung jawab?," terangnya.
Menurutnya, tidak bisa menyelamatkan nyawa benar-benar salah satu mimpi buruk terburuk menjadi seorang dokter.
Terakhir, ia berharap bahwa negara akan berhenti memberikan hukuman mati kepada anak-anak dengan membiarkan pernikahan anak di bawah umur.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,TribunSolo |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar