GridPop.ID - Bulan Suci Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah bagi seluruh umat Muslim di dunia.
Selama bulan suci Ramadan, setiap negara memiliki tradisi masing-masing.
Mengutip Kompas.com, ada seorang warga negara Indonesia (WNI) yang berkesempatan menjalani bulan suci Ramadan di Turki.
Seorang pelajar S2 jurusan Jurnalistik di Selcuk University, Konya, Tezar Aditya Rahman mengungkapkan Turki memiliki durasi puasa yang lebih panjang dan bisa berubah-ubah.
"Waktu berpuasa setiap tahun ganti, karena semakin mendekat ke winter (musim dingin), waktunya semakin pendek. Kayak tahun lalu itu waktu puasanya 14 sampai 14 setengah jam," kata Tezar, Minggu (10/4/2022).
"Tahun ini, dari 15 jam sampai nanti mendekati ke hampir 16 jam. Jadi mendekat ke summer (musim panas), waktunya akan semakin panjang, mendekat ke winter makin pendek, jadi beda setiap tahun," tambahnya.
Ia juga menerangkan jika di Turki ada petugas yang membunyikan gendang untuk membangunkan warga sahur.
"Ada penabuh drum pas sahur, meski tidak seramai di Indonesia," ujar Alin, Jumat (8/4/2022).
Selanjutnya, ia menyebutkan jika orang Turki memiliki roti khas Ramadan.
"Menurut kita orang Indonesia itu roti biasa. Tapi menurut orang Turki, secara bentuk dan tekstur, itu makanan yang keluar saat bulan Ramadhan saja. jadi dimakannya sama sup atau yang lain, bedanya diolesin pakai telur," Tezar menjelaskan.
Selain Pide Ramadhan, ada juga manisan khas Turki yang biasa dihidangkan selama bulan Ramadhan.
"Güllaç adalah hidangan penutup Turki yang dibuat dengan susu, delima, dan kue khusus, disajikan khususnya pas bulan Ramadhan," jelas Alin.
Hampir sama dengan Turki, Indonesia juga memiliki makanan khas Ramadan, yakni lontong opor.
Hidangan berkuah kuning ini biasa disajikan dengan varian makanan lain selain ayam, seperti telur rebus, kentang, ketupat, dan nasi hangat.
Kembali merujuk artikel Kompas.com, sejarawan kuliner, Fadly Rahman, mengatakan, opor memiliki pengaruh budaya dua negara.
"Kalau pengaruh opor masuk ke Indonesia ini memang merupakan hasil dari akulturasi atau penyatuan budaya Indonesia dengan budaya asing. Khususnya pengaruh Arab dan India," kata Fadly, mengutip berita Kompas.com, 20 Mei 2019.
Fadly menjelaskan, orang Indonesia memodifikasi masakan India dan Arab hingga menghasilkan apa yang kini disebut dengan opor.
"India punya kari, lalu Arab membawa gulai. Kita dengan kreatifnya melakukan modifikasi atau akulturasi budaya India dan Arab itu dengan menghasilkan opor," jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan budaya kuliner memasak kari dan gulai pertama kali masuk ke kawasan-kawasan Indonesia yang tersentuh Islam pertama kali.
Opor biasa disajikan juga dengan ketupat. Ternyata, hal ini sudah terjadi sejak zaman dahulu, tepatnya pada masa pra-Islam.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar