Diakui personilnya, nama Nasida Ria mulai mencuat setelah gelaran MTQ di Bandar Lampung pada 1975.
Pada awal masa terbentuk, Nasida Ria belum lah memiliki album sendiri. Album pertama mereka baru selesai di tahun 1978 dengan judul Alabaladil Mahbub.
Nasida Ria pun menandatangani kontrak dengan label Ira Puspita Record.
Semua anggota yang merupakan perempuan, lagu berisi pesan yang bisa diterima semua kalangan, dan nada yang mudah diingat, Nasida Ria pun menjadi primadona pada masa itu.
Kerap manggung di luar negeri Penampilannya di Jerman kali ini sesungguhnya bukan hal yang baru.
Pasalnya, mereka sudah kerap tampil di berbagai negara sejak puluhan tahun yang lalu.
Misalnya pada tahun 1988, Nasida Ria tampil di Malaysia untuk memeringati perayaan jatuhnya 1 Muharram.
Kemudian pada 1994, mereka turut tampil di Berlin, Jerman pada acara festival musik Islam internasional bernama Die Garten des Islam, dan 1996 pada Festival Heimatklange.
Di bawah pimpinan H. Malik Zain, Nasida Ria terus bersinar di industri musik Tanah Air hingga tahun 2000-an.
Sayangnya, gempuran musik berbagai aliran dari barat dan modern yang masuk ke Indonesia secara perlahan menenggelamkan nama besar Nasida Ria. Meski begitu, kelompok musik itu tidak lantas putus asa.
Mereka terus mencoba untuk bertahan, bangkit, dan selalu berkarya.
Terbukti, hingga hari ini Nasida Ria menjadi salah satu kelompok musik yang berhasil bertahan dengan genre khasnya dan melalui dinamika industri musik yang ada, di antara banyaknya kelompok musik yang berakhir bubar.
Meski genrenya adalah kasidah dan berasal dari tahun 70-an, Nasida Ria juga pernah tampil dalam acara musik masa kini seperti RRREC fest (2016), Holy market (2017), dan Syncronize Fest (2018 dan 2019).
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Grid.ID |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar