GridPop.ID - Saat ini, kondisi kesehatan dunia masih cukup mengkhawatirkan akibat pandemi covid-19.
Bahkan, belakangan tren covid-19 di Indonesia kembali menunjukkan peningkatan setelah sempat menurun beberapa waktu lalu.
Namun ditengah kekhawatiran itu, masyarakat dunia justru kembali dihebohkan dengan kemunculan wabah penyakit baru.
Wabah penyakit baru itu adalah cacar monyet atau disebut juga monkeypox.
Meski wabah penyakit itu sampai saat ini belum ditemukan di Indonesia, namun beberapa negara telah melaporkan kasus baru.
Dilansir dari Tribun Kalteng, sejak Mei 2022 sudah ada lebih dari 3.000 kasus yang muncul di 47 negara, yang mana sebagian besar belum pernah melaporkan penyakit tersebut sebelumnya.
Dengan kondisi tersebut, World Health Network (WHN) mendeklarasikan penyakit cacar monyet sebagai pandemi.
WHN juga mendesak WHO mengeluarkan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) untuk cacar monyet.
Namun WHO secara tegas menyatakan bahwa wabah cacar monyet saat ini bukan menjadi masalah kesehatan masyarakat global alias pandemi.
Kendati demikian, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia tetap menyoroti kemungkinan masuknya cacar monyet ke Indonesia.
Untuk itu, Kemenkes meminta masyarakat untuk mewaspadai gejala-gejala yang mungkin muncul akibat cacar monyet ini.
Dalam konferensi pers virtual, Jumat (24/6/2022) yang dikutip melalui Kompas.com, juru bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril memaparkan gejala cacar monyet yang tampak dari hari ke hari.
Syahril menjelaskan, masa inkubasi cacar monyet terjadi kurang lebih selama 5-13 hari atau 5-21 hari.
Gejala cacar monyet dari hari ke hari sendiri terbagi menjadi dua periode, yakni periode masa invasi selama 0-5 hari dan masa erupsi 1-3 hari.
1. Masa invasi (0-5 hari)
Masa invasi cacar monyet atau monkeypox berlangsung selama kurang lebih 0-5 hari.
Selama masa invasi, penderita akan merasakan gejala berupa demam tinggi, sefalgia atau sakit kepala berat, dan limfadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening/limfe.
Bukan hanya itu, penderita juga umumnya merasakan gejala myalgia atau nyeri otot, serta astenia atau badan lemas.
2. Masa erupsi (1-3 hari)
Masa erupsi terjadi setelah demam selama 1-3 hari dan ditandai dengan munculnya ruam-ruam pada kulit.
Syahril menyampaikan, ruam paling banyak terjadi pada wajah, yaitu sekitar 95 persen.
Selain itu, ruam juga terjadi di telapak tangan dan kaki (75 persen), mukosa (70 persen), alat kelamin (30 persen), serta selaput lendir mata (20 persen).
Cara Penularan Cacar Monyet
Cacar monyet merupakan zoonosis, yakni penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia.
Oleh karena itu, transmisi atau penularan pun dapat terjadi antar hewan, hewan ke manusia, atau sesama manusia.
1. Transmisi dari hewan ke manusia
- Kontak langsung dengan darah hewan, seperti monyet, tikus, atau tupai
- Cairan tubuh
- Lesi kulit atau lesi mukosa dari hewan yang terinfeksi
- Daging hewan liar yang terinfeksi (bush meat) juga dapat menjadi rute penularan penyakit.
"Dari hewan ke manusia tetap ada kontak langsung dengan hewan yang ada cacar monyetnya. Termasuk daging hewan tersebut yang tidak dimasak secara matang, maka menjadi sumber penularan dari hewan ke manusia," papar Syahril.
2. Transmisi dari manusia ke manusia
- Kontak langsung melalui darah, cairan tubuh, dan lesi kulit atau mukosa
- Saluran napas, berupa kontak erat dalam waktu lama
- Inokulasi melalui mikrolesi pada kulit seperti gigitan atau goresan
- Penularan ibu ke bayi melalui plasenta.
Dapat sembuh sendiri
Cacar monyet atau monkeypox merupakan self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri.
Menurut Syahril, cacar monyet dengan sendirinya akan sembuh setelah masa inkubasi selesai.
"Setelah 2-4 minggu, setelah masa inkubasi selesai, penyakit ini akan sembuh sendiri. Jadi, tidak terlalu berat," kata Syahril.
Sejak beberapa negara melaporkan temuan kasus cacar monyet pada 13 Mei 2022, hanya sekitar 10 persen yang dirawat di rumah sakit.
Sampai saat ini, belum ada laporan kematian akibat kasus cacar monyet di negara-negara terkonfirmasi.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Kalteng |
Penulis | : | Sintia N |
Editor | : | Sintia N |
Komentar