Selama proses penerimaan diri, tantangan terbesar yang Yova alami adalah dari luar dirinya sendiri yaitu stigma negatif, bahkan dari keluarga.
Namun, di saat yang bersamaan, keluarga menjadi satu-satunya support system Yova dengan merawat dan membiayainya di RSJ.
"Orang tua dulu ngerasa aib, disuruh keep banget, enggak pernah ada yang tahu aku masuk RSJ, enggak perlu ada yang tahu aku punya gangguan kesehatan mental," cerita Yova.
Dalam keadaan kesehatan mental Yova yang cukup parah, orang tuanya justru memilih untuk membawa Yova untuk melakukan rukiah.
Yova menceritakan bahwa perawatan pertama yang ia rasakan sangatlah menyakitkan karena bukan dari tenaga profesional yang tepat.
Setelah dinyatakan stabil dan keluar dari RSJ, orang tua Yova khawatir dengan viralnya konten sang anak di TiKTok.
Masih berangkat dengan stigma negatif tersebut, orang tua Yova pun tak henti-henti mengingatkannya.
"Waktu aku upload dan viral, mereka bilang, 'Dek kamu enggak takut enggak dapat kerja? Enggak dapet suami?'," cerita Yova.
Pertanyaan dari orang tua Yova tersebut sempat membuatnya berpikiran panjang hingga 2 minggu sebelum membuat konten.
Sempat ada ketakutan bahwa tidak ada pekerjaan yang bisa ia dapatkan karena kondisi kesehatan mentalnya tersebut.
Namun menariknya, keterbukaan Yova soal masalah kesehatan mental yang dihadapinya, ternyata justru membawa pandangan baru ke keluarganya.
Source | : | Parapuan.co |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar