Kapasitasnya sebagai seorang pewawancara dengan tokoh lintas negara mengantarkan Rosi bertemu tokoh-tokoh dunia, antara lain Mahathir Muhammad, Lee Kuan Yew, hingga Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad.
Pada tahun 2004, kiprah Rosi semakin gemilang lewat program ‘Kotak Suara’ yang digagasnya, bertepatan dengan momen pemilu presiden.
Berkat program yang membahas isu seputar money politics ini, Rosi berhasil menyabet penghargaan Indonesia Journalist Board.
Pada usia 33 tahun, Rosi mendapat kesempatan untuk diangkat sebagai Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV.
Selain itu, ia juga berhasil menyabet tiga piala di ajang Panasonic Gobel Awards.
Pada tahun 2009 karier Rosi bersama SCTV berakhir.
Setelah memutuskan mundur, ia sempat memiliki program talkshow bertajuk "ROSSY" di stasiun televisi Global TV.
Rosi juga mendirikan sebuah rumah produksi bernama ‘Rosi. Inc.’ bersama dua rekan sesama jurnalis, yaitu Bayu Sutiono dan Gunawan.
Akhir tahun 2014 Rosi kembali terjun ke meja redaksi bergabung dengan Kompas TV sebagai Pemimpin Redaksi.
Dalam kesempatan, dilansir dari Parapuan.co Rosi ternyata memiliki pandangan yang berbeda terhadap perempuan yang memiliki gaji yang lebih tinggi daripada suami.
“Sekarang udah nggak zaman istri gajinya lebih tinggi terus suami merasa minder,” ungkapnya.
Source | : | Tribunnewswiki.com,Parapuan.co |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar