GridPop.ID - Belakangan harga sembako telur ayam alami kenaikan yang cukup signifikan.
Seorang Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) menyebut salah satu alasan mengapa harga sembako telur ayam naik adalah karena adanya program Bansos dari pemerintah yang sengaja dimanfaatkan oleh oknum untuk menaikan harga.
Lantas, benarkah begitu?
Harga sembako telur ayam di Toko Sembako Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, merangkak naik setelah 17 Agustus 2022 dan kini sudah diharga Rp30.000 per kilogram.
Salah seorang penjaga Toko Sembako, Wahid mengatakan, pada awal Agustus harga sembako telur ayam relatif masih stabil.
Namun dalam beberapa Minggu terakhir, harga komoditas tersebut merangkak naik cukup signifikan.
"Sekarang harga per kilogram Rp30.000. Sebelumnya harganya (2 minggu yang lalu) cuma Rp25.000 per kilogram, terus lama-lama naik (secara bertahap) jadi Rp30.000," ucap Wahid dikutip dari TribunBisnis, Senin (22/8/2022).
Berdasarkan informasi yang diperoleh, kata Wahid, naiknya harga komoditas pangan tersebut terimbas dari mahalnya harga pakan untuk ayam petelur.
"Katanya sih harga pakan buat ayam mahal. Jadi harga telurnya ikut-ikutan jadi naik," tukasnya.
Lain halnya dengan di Pasar, harga sembako telur ayam di warung-warung justru dibanderol lebih mahal, yakni Rp31.000 per kilogram.
Diketahui, harga sembako telur ayam di level warung sudah tinggi sejak seminggu ke belakang.
"Ini harganya naik udah dari seminggu kemarin. Sempet naik Rp27.000, terus sekarang naik lagi Rp31.000," ujar penjaga warung di wilayah Ciputat, Yasin.
Sebagai tambahan informasi, melonjaknya harga telur ayam tidak hanya di Jabodetabek. Namun juga terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Mengutip Tribun Jabar, harga telur ayam di Pasar Tradisional Majalengka terpantau tinggi, Kamis (18/8/2022).
"Harga normalnya di kisaran Rp 23 ribu. Minggu kemarin Rp 27 ribu, eh awal minggu ini naik," ujar Usman, pedagang telur ayam di Pasar Tradisional Sindangkasih Cigasong, Kabupaten Majalengka, Kamis (28/8/2022).
Melansir Kompas.com, Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio mengatakan, salah satu alasan mengapa harga telur ayam naik adalah karena adanya program Bantuan Sosial alias Bansos dari pemerintah yang sengaja dimanfaatkan oleh oknum untuk menaikan harga.
"Pemerintah mengadakan bansos, ada berupa minyak goreng, telur, dan daging ayam ke masyarakat. Tentu dengan adanya bansos ini, demand untuk telur naik yang membuat stoknya dikit. Nah ini sengaja dimanfaatkan "digoreng" supplier menaikkan harga, yah hukum ekonomi lah," ujar Alvino saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/8/2022).
"Sebenarnya tujuan bansos ini juga membantu peternak menyerap telurnya agar harga tidak anjlok. Tapi yah memang dugaan kami ada yang sengaja menggoreng," sambung Alvino.
Adapun harga sembako telur ayam saat ini di pasaran, kata Alvino, tembus Rp 30.000-an per kilogram.
Menurutnya, kenaikan harga sembako telur ayam saat ini adalah kenaikan tertinggi dalam sejarah.
"Iya benar, ini paling tinggi (harga telur) dalam sejarah. Tembus Rp 30.000-an di pasar," ungkapnya. Sementara itu salah satu pedagang sembako di Bekasi, Siti, mengatakan, kenaikan harga telur ini sudah terjadi sejak seminggu yang lalu.
"Naik udah seminggu yang lalu. Pusing saya yang jual. Dari harga Rp 27.000, Rp 28.000, Rp 29.000, Rp 30.000, sekarang saya jual Rp 31.000 per kilogram," kata Siti.
Menurut dia, kenaikan harga telur ayam ini terjadi karena harga pakan ternak yang naik.
Selain itu juga karena efek dari pengadaan bantuan sosial (bansos) oleh pemerintah yang dimanfaatkan oleh peternak menaikkan harga.
"Yang saya tahu karena harga pakan ternak naik. Sama karena mulai ada bansos lagi. Jadi peternak naikkin harga," ucapnya.
Hal ini jugalah, kata Siti yang membuat ibu-ibu rumah tangga mengurangi pembelian sembako.
"Biasanya sehari tuh ibu-ibu beli minyak satu liter, telur, beras, rutin tuh. Sekarang karena ada bansos mereka bilang masih ada stok di rumah. Jadi kan penjualan saya berkurang," ungkapnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Bisnis |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar