GridPop.ID - Sempat beredar rekaman CCTV yang menggambarkan suasana menjelang Brigadir J dieksekusi.
Pada rekaman itu terlihat berbagai aktivitas di dalam rumah pribadi Ferdy Sambo.
Namun, justru kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak meragukan keaslian rekaman CCTV itu.
Kamaruddin menduga rekaman CCTV yang beredar di publik dan media tersebut telah diedit dan bukan rekaman sebenarnya.
Dilansir dari Tribunnews.com, adapun salah satu adegan rekaman CCTV yang menurut Kamaruddin janggal adalah saat Brigadir J memasuki kediaman Ferdy Sambo dan berada di garasi mobil.
Pada rekaman tersebut, terlihat Brigadir J keluar-masuk di garasi kediaman Ferdy Sambo.
Namun menurut Kamaruddin, hal yang janggal adalah bergantinya alas kaki yang dipakai Brigadir J yaitu dari sepatu hitam dan sandal berwarna putih.
Menurutnya, bergantinya alas kaki Brigadir J tersebut semakin memperkuat bahwa rekaman CCTV tersebut tidak memperlihatkan kejadian yang sama yaitu sesaat sebelum Brigadir J dibunuh.
“Yoshua itu ketika dia dekat mobil, dia memakai sepatu. Ketika dia dekat pintu, dia memakai sandal. Berarti kalau kita runut dia menuju pintu (garasi) ke menuju mobil arah keluar itu kan pakai sandal tiba-tiba pakai sepatu,” katanya dalam program Aiman yang ditayangkan di YouTube Kompas TV, Senin (22/8/2022).
Selain itu, Kamaruddin menilai rekaman yang menunjukkan Brigadir J memakai kaus saat melakukan pengawalan terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi juga merupakan kejanggalan.
“Kan informasinya kan dia pulang dari pengawalan (Putri Candrawathi). Kalau pengawalan, seorang ajudan tentu tidak pakai kaus,” jelasnya.
Kemudian, kejanggalan lain menurut Kamaruddin yang ditemukannya adalah tidak adanya bercak darah pada sepatu yang dipakai Brigadir J seperti yang dikenakan dan terekam di CCTV rumah Ferdy Sambo sesaat sebelum dibunuh.
Kamaruddin mengatakan sepatu tersebut diperoleh pihak keluarga Brigadir J setelah jenazah dikuburkan.
“Sepatunya bersih, tidak ada bercak darah. Padahal kakinya tertembak, dari lipatan kaki ada rembesan darah. Kok sepatunya bersih, sandalnya bersih,” jelasnya.
Adapun dengan temuan ini, Kamaruddin meyakini sepatu dan sandal yang dipakai Brigadir J dan terekam CCTV bukanlah yang dikenakannya saat dibunuh.
“Berarti Yosua tidak menggunakan alas kaki dari rumah Saguling (rumah pribadi Ferdy Sambo) ke rumah dinas. Karena sepatunya dan sandalnya itu (terekam) di CCTV itu tertinggal di rumah Saguling,” jelasnya.
Dengan temuannya itu, Kamaruddin menduga bahwa Brigadir J tidak dieksekusi di rumah dinas Ferdy Sambo tetapi di tempat lain.
Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Nasdem Taufik Basari meminta Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mencermati rekaman CCTV yang dijadikan barang bukti dalam kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J.
Ia pun mempertanyakan apakah rekaman CCTV yang beredar luas sama dengan yang dipakai sebagai alat bukti.
Pasalnya ahli forensik digital Abimanyu Wahyuwidayat dalam pernyataannya di Kompas TV, Minggu (21/8/2022) mengungkap dugaan adanya proses editing rekaman CCTV yang menangkap kronologi kejadian.
“Saya tidak tahu apakah (rekaman) CCTV yang beredar di media itu yang akan jadi bukti atau tidak, tapi perlu di cermati Pak Kapolri dalam analisis itu (rekaman) CCTV yang beredar di media itu juga tidak orisinil atau mengalami editan,” papar Taufik dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (24/8/2022).
“Jangan sampai kita ingin membongkar rekayasa kasus tapi bukti yang kita pakai tidak otentik,” katanya.
Taufik menuturkan kecermatan pihak kepolisian menganalisis rekaman CCTV itu amat diperlukan untuk membuat terangnya penanganan perkara.
“Karena CCTV adalah kunci pembongkaran kasus ini,” ujar dia.
Di sisi lain ia berharap penanganan perkara dilakukan dengan cepat agar menutup ruang berbagai pihak memberikan isu dan asumsi liar.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar