GridPop.ID - Ada beragam cara dalam menyampaikan opini terkait isu sosial, politik, dan budaya.
Salah satunya yaitu dengan dibungkus komedi.
Akan tetapi, jika isu tersebut disampaikan dengan cara yang kurang tepat, maka justru dapat memunculkan polemik baru.
Seperti yang dilakukan oleh komika Patra Gumala belum lama ini yang viral di Twitter.
Pada 28 Agustus 2022, Patra Gumala menunggah video berdurasi 45 menit yang berisikan potongan materi stand up comedy-nya.
Narasi dalam video singkat tersebut dinilai netizen menyinggung serta memojokkan perempuan dan difabel.
Lewat materi stand up tersebut, Patra menyampaikan keresahannya soal parkir khusus perempuan yang ada di berbagai pusat perbelanjaan.
Di tengah panggung komedi, Patra Gumala menyampaikan bahwa perempuan harusnya tersinggung dengan adanya fasilitas parkir khusus perempuan.
Lebih lanjut, Patra juga mempertanyakan mengapa perempuan ingin disetarakan dengan difabel.
"Ada feminis yang tersinggung dari tadi?
Karena kalau lo tersinggung sama jokes-jokes gue tadi, harusnya lo juga menjadi orang pertama yang tersinggung sama parkiran khusus perempuan," kata Patra Gumala dalam video tersebut.
"Di mall tuh cuma ada dua parkiran khusus, yaitu khusus perempuan dan khusus difabel. Kok lo mau disamain sama difabel, hah?" lanjutnya.
Dalam video tersebut, Patra juga menjadikan tindakan kekerasan seksual sebuah lelucon yang ditertawakan oleh penonton pertunjukannya.
Bagi Patra, tindak pelecehan seksual tidak berpotensi terjadi di parkiran mobil.
Materi stand up comedy Patra Gumala tersebut sontak menjadi diskusi sengit di media sosial soal apa urgensi dari parkir khusus perempuan.
Sebenarnya parkir khusus perempuan pertama kali dibuat demi menjaga keamanan pengendara perempuan di tempat publik.
Jika banyak netizen yang setuju bahwa kekerasan seksual tidak mungkin terjadi di ruang terbuka seperti parkiran, data yang ada menunjukkan sebaliknya.
Melansir Kompas.com, Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA), yang merupakan gabungan dari berbagai organisasi dan komunitas, yakni Hollaback! Jakarta, perEMPUan, Yayasan Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta (Jakarta Feminist), dan Dear Catcallers Indonesia, pada akhir 2021 menemukan pelecehan seksual masih banyak terjadi di ruang publik fisik (luring).
Survei Pelecehan Seksual di Koalisi Ruang Publik selama Pandemi Covid-19 di Indonesia tersebut dilaksanakan secara nasional selama 16 Hari Antikekerasan terhadap Perempuan (HAKTP) pada November-Desember 2021.
Pengambilan data ini didukung oleh Rutgers WPF Indonesia dan diikuti lebih dari 4.000 responden yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Berdasarkan survei tersebut, lokasi peristiwa pelecehan seksual paling banyak terjadi di ruang publik seperti jalanan umum atau taman (70 persen responden) dan kawasan permukiman (26 persen).
Selain itu, pelecehan seksual juga terjadi di transportasi umum, termasuk sarana dan prasarananya (23 persen); toko, mal, dan pusat perbelanjaan (14 persen); dan tempat kerja (12 persen).
Nah, dari survei tersebut, bisa disimpulkan bahwa parkiran yang berada di ruang publik dapat menjadi tempat terjadinya pelecehan atau kekerasan seksual.
Data tersebut mendukung tujuan dan sejarah dari gagasan parkir khusus perempuan yang masih berlaku hingga sekarang.
Sejarah Parkir Khusus Perempuan
Melansir Theglobeandmail, negara Jerman pertama kali memperkenalkan parkiran khusus perempuan pada 1990.
Gagasan tersebut adalah upaya untuk membuat perempuan lebih aman dari kekerasan seksual saat parkir di bawah tanah.
Parkir khusus perempuan atau dalam bahasa Jerman Frauenparkplatz didesain dengan penerangan yang baik.
Selain itu, parkir khusus perempuan terletak di dekat gedung atau jalanan yang sibuk.
Rancangan tersebut diharapkan dapat membantu perempuan terhindar dari tindakan pelecehan seksual dan memudahkan perempuan mencari bantuan.
Sejak itu, parkir khusus perempuan telah diterapkan di negara lain seperti di kawasan benua Eropa hingga Asia.
Namun, parkir khusus perempuan ini menjadi polemik tak hanya di Indonesia, tapi juga negara lainnya di dunia.
Pasalnya, banyak pihak yang merasa bahwa dengan adanya parkir khusus perempuan ini, pengemudi perempuan dinilai tidak mahir dalam memarkirkan kendaraan.
Tak sedikit juga yang menilai bahwa pengemudi laki-laki juga membutuhkan ruang aman di tempat parkir.
Masih menjadi tanda tanya dan diskusi panjang, apakah parkir khusus perempuan ini bentuk keamanan ataukah bentuk seksisme?
Namun, hal yang pasti adalah parkir khusus perempuan ini dirancang agar perempuan dapat menggunakan fasilitas publik dengan aman dan nyaman.
Pasalnya, pelecehan seksual sangat sering dan berpotensi terjadi di ruang-ruang publik seperti tempat parkir.
Lantas apa pendapatmu soal parkir khusus perempuan ini?
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Parapuan.co dengan judul Mengintip Urgensi dan Sejarah Parkir Khusus Perempuan yang Ramai di Medsos
Source | : | Parapuan.co |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar