"Beban kerja yang lebih dari biasanya, beban ekonomi yang sulit itu faktor-faktor sosial di lingkungan yang sering kita temui," timpal Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
"Konflik internal pribadi dengan orang lain ataupun konflik internal dengan keluarga maupun bahkan perasaan bersalah yang mungkin sebenarnya tidak terlalu beralasan.
Dalam artian mungkin itu hanya internal pribadi seseorang saja.
Itu bisa menyebabkan kondisi-kondisi depresi," pungkasnya.
"Jadi gambaran seperti itu.
Jadi tidak mesti seseorang itu harus mengalami sebuah konflik terbuka dengan orang lain kemudian konflik itu menjadi tidak bisa ternetralisir kemudian ia menjadi depresi," sambungnya.
"Tapi bisa jadi konflik internal dirinya sendiri yang sebenarnya tidak terlalu signifikan secara hubungan personal dengan orang lain itu bisa menimbulkan seseorang itu juga mengalami kondisi-kondisi gangguan depresi," ulasnya.
Lantas apakah depresi ada kaitannya dengan faktor genetik?
"Sebenarnya kita mungkin sering mendengar tentang gangguan bipolar," jelasnya.
"Jadi begini, kalau kita berbicara depresi secara garis besar itu dibagi menjadi dua, ada yang namanya mayor depression disorder atau gangguan depresi mayor dan ada yang namanya gangguan depresi bipolar," ungkapnya.
Dua jenis depresi tersebut berbeda.
Source | : | Kompas.com,Tribun Health |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar