GridPop.ID - Sopir ambulan jenazah Brigadir J mengungkap sejumlah fakta tentang kondisi jenazah.
Saat dirinya ingin mengevakuasi jenazah, ia melihat jenazah Brigadir J dalam posisi telentang di lantai dan wajahnya ditutupi masker hitam.
Dalam kesaksiannya Ahmad menceritakan bagaimana awal dirinya diminta mengevakuasi jenazah Yosua.
Dilansir dari Tribunnews.com, Ahmad mengaku ada telepon masuk sekitar pukul 7 malam dari orang tidak dikenal dan mengatakan membutuhkan layanan ambulans.
Sejak awal Ahmad sudah menaruh curiga diminta ke rumah Duren Tiga, Jakarta Selatan.
”Ada yang menelpon dari orang tidak dikenal membutuhkan layanan ambulans,” tutur Ahmad dalam sidang tersebut.
Tapi ia menyatakan telepon dari orang tidak dikenal adalah lazim.
Namun kecurigaannya muncul karena saat itu ia diminta membawa jenazah.
Padahal berdasarkan penugasannya selama ini, ia lebih sering diminta menjemput pasien sakit.
”Dibilang rasa curiga ada Yang Mulia. Kalau dari rasa kecurigaan saya pribadi, saya sudah menginsting kalau ada kejadian kematian,” katanya.
Padahal berdasarkan penugasannya selama ini, ia lebih sering diminta menjemput pasien sakit.
”Dibilang rasa curiga ada Yang Mulia. Kalau dari rasa kecurigaan saya pribadi, saya sudah menginsting kalau ada kejadian kematian,” katanya.
Bila ada permintaan membawa jenazah, hal itu berdasarkan permintaan dari kepolisian yakni pihak Satlantas Jakarta Timur.
”Biasanya menjemput orang sakit Yang Mulia. Jarang disuruh jemput orang meninggal (jenazah) kecuali dari kepolisian,” ujarnya.
Setibanya di Duren Tiga, Ahmad melihat jenazah Brigadir J berlumuran darah dengan wajah tertutup oleh masker berwarna hitam dan mengenakan kaos putih.
Ahmad melihat dada kiri Brigadir J bolong akibat luka tembak. Ia pun meyakini ada luka tembak di badan Yosua.
"Tahu dari mana luka tembak?" tanya hakim.
"Ada bolongan di dada sebelah kiri kalau tidak salah Yang Mulia," jawab Ahmad.
Hakim juga sempat mengkonfirmasi posisi jenazah saat Ahmad pertama melihatnya.
Menurut Ahmad, posisi Yosua dalam keadaan telentang dengan kaus yang sedikit terbuka.
"Masih pakai baju putih," ujar Ahmad. "Telentang, Yang Mulia," imbuhnya.
"Jenazah sudah di kantong?" tanya hakim.
"Belum. Masih tergeletak berlumuran darah yang mulia," jawab Ahmad.
Foto Yosua sempat ditunjukkan di ruang sidang. Posisinya sedang dalam posisi telentang.
Sementara di sekitarnya terlihat genangan darah.
"Wajahnya ditutupi masker?" tanya hakim lagi. "Iya," jawab Ahmad.
"Warna hitam seperti ini?" tanya hakim .
"Iya yang mulia," jawab Ahmad.
Mengutip laman Kompas.com, kasus kematian Brigadir J kini bergulit di tahap peradilan di meja hijau.
Dalam kasus ini, lima orang dijerat pasal pembunuhan berencana yakni mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bripka RR, Bharada E dan Kuat Ma'ruf.
Berdasarkan dakwaan jaksa penuntut umum, pembunuhan itu dilatarbelakangi oleh pernyataan Putri yang mengaku telah dilecehkan oleh Yosua di rumah Sambo di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (7/7/2022).
Pengakuan yang belum diketahui kebenarannya itu lantas membuat Sambo marah hingga menyusun strategi untuk membunuh Yosua.
Disebutkan bahwa mulanya, Sambo menyuruh Ricky Rizal atau Bripka RR menembak Yosua.
Namun, Ricky menolak sehingga Sambo beralih memerintahkan Richard Eliezer atau Bharada E.
Brigadir Yosua dieksekusi dengan cara ditembak 2-3 kali oleh Bharada E di rumah dinas Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022).
Setelahnya, Sambo menembak kepala belakang Yosua hingga korban tewas.
Mantan jenderal bintang dua Polri itu lantas menembakkan pistol milik Yosua ke dinding-dinding untuk menciptakan narasi tembak menembak antara Brigadir J dan Bharada E yang berujung pada tewasnya Yosua.
Baca Juga: Tak Takut dengan Pangkat Jendral Ferdy Sambo, Bibi Brigadir J Puas Maki-maki Suami Putri Candrawathi
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar