Sempat beredar di media sosial kejadian tersebut bukan terjadi di lingkungan sekolah, melainkan terjadi di rumahnya dan pada waktu libur sekolah.
Plt Kepala Sekolah SDN 07 Sungai Raya, Sulistini menjelaskan kebenaran yang terjadi atas informasi yang menyebar di sosial media.
“Yang beredar di media sosial itu sebenarnya bukan terjadi di sekolah, waktu itu hanya mengimbau saja kepada guru-guru untuk melarang anak murid membawa lato-lato di sekolah dan kejadiannya bukan di sekolah,” jelasnya.
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) pun buka suara.
Mengutip artikel Serambinews.com, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengimbau, agar kecelakaan tersebut tidak lagi terjadi.
Orangtua perlu mengawasi secara seksama saat anak bermain permainan lawas itu.
Menurutnya, kejadian tersebut disebabkan karena kecelakaan.
Sehingga tidak diwajibkan lapor kepada Kemenkes.
"Bisa terjadi karena cedera seperti kecelakaan. Tapi tidak ada kewajiban lapor Ke Kemenkes alias tidak ada penelusuran layaknya penyakit atau kasus jajanan," kata dia saat dikonfirmasi wartawan, Senin (9/1/2023) .
Mengutip artikel Kompas.com, meski kini tengah menjadi tren di Indonesia, namun ternyata permainan itu sudah dimainkan sejak periode 1960-an.
Dilansir dari Quartz, permainan lato-lato berasal dari Amerika Serikat. Di negara asalnya permain tersebut bernama clackers, click-clacks, atau knockers. Pada awal '70-an, ratusan pembuat mainan telah menjual jutaan clackers di seluruh dunia.
Source | : | Kompas.com,Tribun Lifestyle |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar