GridPop.ID - Tangis istri Young Lex pecah dengar anaknya didiagnosa idap autis.
Selama ini kehidupan pilunya hanya dipendam, rapper sekaligus selebgram ternama Young Lex itu menyimpan rapat rahasia keluarganya.
Kondisi spesial sang anak pertama, Zaenab Alexander selama ini ditutup rapat.
Dilansir artikel Tribunnewsbogor.com, putri kandung Young Lex dan sang istri, Eriska Nakesya itu ternyata didiagnosa mengidap Autism Spectrum Disorder (ASD) alias autis.
Vonis itu disematkan pada Zizi, panggilan karib Zaenab Alexander sejak usia satu tahun delapan bulan.
Cerita soal putri Young Lex mengidap autis diungkap langsung oleh Eriska.
Sembari menangis, Eriska akhirnya blak-blakan mengurai cerita soal kondisi khusus Zizi yang menderita autis.
"Aku enggak pernah ngomong di mana-mana kalau anak aku autis. Awalnya aku sedih banget pas tahu anak aku autis. Dokternya bilang katanya kalau anak autis itu pinter banget, tapi itu harus diasah, misal diterapi. Pas aku masuk ke tempat terapi itu, banyak banget anak-anak yang Autism Spectrum Disorder (ASD)," pungkas Eriska dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Insert, Sabtu (11/2/2023).
Mendengar vonis dokter, Eriska menangis.
Wanita cantik yang pandai berkebun dan merajut itu lantas bercerita soal respon Young Lex saat mengetahui anaknya mengidap autis.
Ternyata reaksi Young Lex tak terduga.
Usai mengetahui Zizi mengidap autis, Young Lex membatalkan semua pekerjaannya selama satu minggu.
Selama seminggu itu, Young Lex menghabiskan waktu untuk main game dan bersama dengan anak serta istrinya saja.
Diungkap Eriska, hal tersebut dilakukan Young Lex guna meluapkan emosi sedihnya.
"Young Lex responnya gimana?" tanya presenter.
"Dia sih enggak nangis depan aku. Tapi dia langsung cancel semua acara dia selama satu minggu, kerjaan dia, meeting dia. Karena memang kaget tahu anaknya begitu. Tapi sekarang sudah biasa dan kita udah terima itu, karena kan udah tahu solusinya. Sekarang udah ngomong, tapi enggak selancar anak-anak biasa," kata Eriska sambil mengusap air mata.
Bercerita lebih lanjut soal gejala autis yang dialami Zizi, Eriska mengurai detail.
Rupanya, Eriska baru sadar anaknya berkebutuhan khusus saat Zizi berusia 1 tahun lebih.
Kala itu, Eriska heran melihat banyak anak seusia Zizi yang sudah pandai berbicara.
Penasaran, Eriska pun memeriksakan Zizi ke dokter anak.
Mendatangi 3 dokter, Eriska akhirnya mengetahui bahwa putrinya mengidap autis.
"Pas itu usianya 1 tahun 8 bulan, sepupu aku ada anaknya usia seusia dia tapi dia bisa ngomong. Kok anak aku belum ya. Akhirnya aku periksa ke dokter, dokter pertama bilang ini ciri-ciri autis. Kalau anak autis itu kan sering shaking (bergetar), terus kalau dipanggil enggak nengok," ungkap Eriska.
Beruntung, autis yang dialami Zizi masih di tahap rendah.
Alhasil, Zizi pun menurut dokter akan bisa disembuhkan.
"Aku berobat ke beberapa dokter sampai ke psikolog akhirnya dia udah vonis kalau anak aku autis tapi tingkatannya lebih rendah, jadi kalau diobatin mudah," ujar Eriska.
Vonis autis yang diterima Zizi itu terjadi di tahun 2021.
Hampir dua tahun berlalu, kondisi Zizi kini diakui Eriska telah membaik.
Putri kecil Young Lex yang sudah berusia hampir empat tahun itu kini sudah bisa berbicara, namun tidak selancar anak-anak normal.
Sebagai informasi tambahan, lantas apa penyebab Autism Sprectrum Disoder (ASD)?
Melansir artikel Kompas.com dari CDC, ASD bisa dialami sebelum usia 3 tahun dan akan berlangsung seumur hidup, meskipun gejalanya bisa dikurangi secara bertahap.
Sayangnya, tidak ada penyebab ASD yang diketahui secara spesifik.
Meskipun begitu, ada beberapa kemungkinan penyebab ASD yang disebutkan oleh CDC, seperti:
Penelitian yang dilakukan oleh National Institute of Mental Health (NIMH) menunjukkan bahwa ASD yang diidap oleh seseorang, baik usia kanak-kanak hingga dewasa, dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Cleveland Clinic juga menyebutkan bahwa tidak ada penyebab pasti yang diketahui sebagai penyebab dari ASD.
Faktor genetik dan lingkungan dinilai sebagai penyebab ASD, dan beberapa kasus, seperti melahirkan di umur senja, kelahiran dengan berat badan rendah, prematur, serta penggunaan asam valproat atau thalidomide selama kehamilan dinilai memberikan risiko lebih besar.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,TribunnewsBogor.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar