GridPop.ID - Kasus pelecehan seksual nampaknya masih terus terjadi.
Bahkan, kebanyak pelaku justru adalah orang terdekat korban.
Terbaru, seorang guru agama tega lecehkan 7 siswi di Jakarta.
Modusnya pura-pura periksa PR demi lancarkan aksi bejatnya.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana memastikan pelaku dugaan pencabulan yang merupakan seorang guru agama di Duren Sawit, Jakarta Timur telah dipecat.
Terduga pelaku, Muhammad Alamsyah, dinonaktifkan karena tengah menjalani pemeriksaan oleh aparat kepolisian.
"Untuk mempermudah jalannya pemeriksaan, guru itu dinonaktifkan dulu sementara," kata Nahdiana, Jumat (10/2/2023) dikutip dari TribunJakarta.com.
Kini, terduga pelaku kini sudah dibawa ke Mapolres Metro Jakarta Timur untuk proses pemeriksaan lebih lanjut.
Sebagaimana diketahui, Muhammad Alamsyah berstatus tenaga kontrak di SMPN 51 Jakarta, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Nahdiana mengatakan telah menyerahkan sepenuhnya kasus dugaan pencabulan ini kepada pihak kepolisian.
"Kalau sudah masuk kepolisian kami tidak akan mengintervensi. Nanti kami akan sesuaikan dengan aturan undang-undang dengan aturan kepegawaian," ujar Nahdiana.
Sanksi tegas pun bakal diberikan kepada siapapun guru atau tenaga pendidik yang melakukan hal tersebut.
"Kami sudah mengeluarkan (imbauan) agar tidak ada proses-proses kekerasan di sekolah, tidak ada bentuk-bentuk pelecehan."
"Apapun yang bentuknya menyimpang dari proses-proses edukasi, kami sudah larang," jelas Nahdiana.
Mengutip TribunJakarta.com, Muhammad Alamsyah diduga telah mencabuli 7 siswi SD tersebut.
Ketujuh siswi SD yang menjadi korban pencabulan guru agama Islam tersebut pun kini telah mendapat pendampingan psikologis.
Lurah Duren Sawit, Santi Nur Rifiandini mengatakan pendampingan psikologis ini dilakukan untuk memulihkan trauma diberikan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
"Sudah dari hari Kamis dan Jumat dilakukan pendampingan psikologis, jika diperlukan kembali P2TP2A siap," kata Santi saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Sabtu (11/2/2023).
Baca Juga: Tak Bantah Isu Perselingkuhan Rully di Masa Lalu, Dewi Perssik Akui Tahu Faktanya dan Pilih Bodoamat
Diharapkan dengan pendampingan psikologis ini, para korban dapat pulih dari trauma akibat ulah pencabulan Alamsyah ketika proses belajar.
Adapun para korban untuk sementara belum dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
"Untuk hari Senin (13/2) para ibu korban menyampaikan ingin izin dulu agar anak-anak korban bisa beristirahat dulu, tidak sekolah," ujar Santi.
Sementara Muhammad Alamsyah yang kini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolres Metro Jakarta Timur.
Modus Memeriksa PR
Wakapolres Metro Jakarta Timur AKBP Ahmad Fanani mengatakan modus yang digunakan Muhammad Alamsyah untuk melampiaskan nafsunya adalah dengan berpura-pura memeriksa pekerjaan rumah (PR) yang ditugasi kepada muridnya.
"Untuk modusnya tersangka saudara MA, itu membuat PR kepada anak didiknya dan setelah sampai di kelas, dipanggil satu per satu," kata Fanani, Sabtu (11/2/2023).
Muhammad Alamsyah, lanjut Fanani, meminta anak didiknya untuk duduk di pangkuannya.
Ia lalu langsung melancarkan aksi bejatnya itu.
"Setelah itu anak didik tersebut, perempuan tersebut dipangku. Dan pelaku melakukan aksi bejatnya," ucap Muhammad Alamsyah.
Bagaimana agar Korban Tak Jadi Pelaku?
Baca Juga: FITNAH Jin Hamili Anaknya, Kedok Ayah Tiri di Garut Terkuak, Nekat Beraksi Meski Istri di Rumah
Dilansir dari laman kompas.com, menurut Kepala DP2KBP3A Muhammad Hairun, antisipasi korban menjadi predator di masa depan, ada beberapa langkah yang harus ditempuh agar korban tak mengikuti jejak pelaku.
Pertama, psikologis secara umum.
Kedua, meningkatkan konseling private dengan psikolog.
Hanun mengatakan, langkah berupa konseling private akan sangat berperan dalam melihat dan mendeteksi apakah korban bisa menjadi pelaku di kemudian hari.
"Kita bisa tahu ke depan dia itu akan menjadi predator (lewat konseling private). Makanya sejak dini kita lakukan antisipasi, melalui psikolog kita. Jadi psikolog private mengobrol secara pribadi (dengan korban), dampaknya gimana dari korban tersebut," beber dia.
Hairun menambahkan, rata-rata korban kekerasan seksual terutama anak, kerap menyimpan emosi yang dapat diketahui melalui bimbingan konseling dan private.
"Saya benci laki-laki atau sebaliknya, saya benci orangtua, saya benci guru ngaji. Nah itu sudah ada muncul deteksi akan dendam," tutur dia Jika gejala serupa sudah muncul, lanjut dia, korban perlu ditangani secara rutin oleh ahlinya.
Paling tidak, korban perlu mengakui adanya dendam dan kekecewaan terhadap pelaku, sehingga bisa dilakukan penyembuhan untuk meredakan trauma.
"Kalau seorang yang nantinya bakal menjadi predator adalah di dalam jiwanya selalu muncul emosi. Itu perlu pengobatan secara rutin dari psikolog. Jangan sampai dia itu jadi predator. Makanya kita juga bisa mendeteksinya," ungkap dia. GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar