GridPop.ID - Kasus pelecehan seksual memang masih kerap terjadi di Indonesia.
Parahnya, yang menjadi pelaku justru kebanyakan adalah orang terdekat korban.
Seperti halnya tindakan bejat yang dilakukan oleh mantan camat ini ke anak tirinya.
Begini kronologi kisahnya.
Dilansir dari laman tribunnewsbogor.com, nasib malang dialami seorang gadis 11 tahun di Bekasi, Jawa Barat.
Gadis berinsial AS itu kerap dipaksa melayani ayah tirinya berinisial CM di atas ranjang.
Bukan hanya sekali, pelaku bahakan sudah berulang kali melakukan pencabulan kepada korban.
Pelaku CM belakangan diketahui merupakan seorang mantan Camat di Bekasi, Jawa Barat.
Saat ini, kasus tersebut tengah didalami oleh aparat kepolisian.
Baca Juga: Jangan Langsung Panik! Begini Cara Kembalikan Limit Shopee Paylater yang Mendadak Jadi Rp 0
Pelaku diketahui telah diamankan pihak kepolisian, di rumahnya di Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Senin (20/2/2023) usai piah kluarga membuat laporan polisi ke Polres Metro Bekasi Kota, Nomor: STTLP/B/356/III/2023/SPKT/Restro Bks Kota/Polda Metro Jaya.
Kasie Humas Polres Metro Bekasi Kota Kompol Erna Ruswing Andari mengatakan, pihaknya masih melakukan pendalaman.
"Benar terkait laporan dugaan pencabulan itu sendiri, kami saat ini sedang mendalami terlapor dan sedang dimintai keterangan," tegas dia.
Kasus rudapaksa mantan Camat kepada anak tirinya itu terbongkar setelah korban cerita kepada tantenya.
Kepada sang tante, korban mengaku kerap dipaksa melayani ayah tirinya yang merupakan mantan Camat di Bekasi.
Aduan korban kepada sang ibunda selama ini seolah sia-sia tak menyelamatkannya dari sikap bejad sang ayah tirinya tersebut.
Kepada sang tante berinisial EL, korban AS menyebut jika sang mama tahu perbuatan bejat ayah tirinya tersebut.
"Saya bertanya kepada anak ini (korban) 'mama tau gak kejadian ini', anaknya menjawab bahwa mamanya mengetahui kejadian ini," kata EL, Rabu (22/2/2023) dikutip dari tribun Jakrta
Namun bukannya menolong putrinya, ibu kandung korban malah cuek dan bersikap biasa saja.
"Dia bilang ke mamanya, tapi dijawab katanya itu (perbuatan ayah tiri) biasa jangan didekati si papih (terduga pelaku)," tuturnya.
Dicabuli Sejak SD
Korban AS mengalami nasib memilukan sejak masih duduk dibangku kelas 2 SD ( Sekolah Dasar )
Selama bertahun-tahun korban hanya bisa pasrah menghadapi nafsu bejad ayah tirinya.
Tubuhnya yang mungil tak bisa melawan kuatnya tenaga sang ayah tiri.
Sejak saat itu, pelaku kerap kali meminta jatah berhubungan badan dengan korban yang masih dibawah umur.
Padahal, pelaku memilki istri yang tak lain ibu kandung korban.
Mengapa Korban Pelecehan Seksual Butuh Waktu Lama untuk "Speak Up"?
Dilansir dari laman kompas.com, masyarakat cenderung menyalahkan korban, khususnya perempuan, sehingga banyak yang ragu mengakui pengalamannya.
Baca Juga: AWAS Jadi Korban! Berikut 20 Daftar Aplikasi Pinjol Ilegal yang Sebar data Nasabah Jika Galbay
Seringkali korban dituduh melakukan fitnah untuk merusak hidup dan reputasi pria yang melakukan pelecehan.
Contoh seperti ini menunjukkan bahwa masih ada sifat yang tidak seimbang dalam masyarakat kita dan bahwa perempuan direndahkan, kata Moses.
Ada juga anggapan lawas yang berpendapat 'perempuan baik tidak diperkosa' yang membuat korban cenderung menyalahkan dirinya sendiri.
Selain itu, orang akan mulai mengajukan pertanyaan tendensius seperti 'Mengapa ada di tempat seperti itu?' atau 'Mengapa bergaul dengan orang seperti itu?'.
Pertanyaan itu seperti mengalihkan kesalahan kepada korban.
Alasan lainnya, Moses berpendapat upaya speak up bisa memicu kenangan yang menyakitkan dan menyebabkan rasa malu pribadi.
"Seseorang mungkin tidak ingin menghidupkan kembali pengalaman itu," tambahnya.
Seringkali korban harus mereka ulang pelecahan yang dialaminya, yang tentunya bisa menjadi pengalaman mengerikan.
Khususnya ketika orang-orang yang mendengarnya malah tidak percaya kepada korban.
Terlebih lagi jika pelakunya adalah orang terkenal, orang yang berkuasa di masyarakat atau di hidup mereka.
Alih-alih bicara terbuka, korban memilih untuk diam dan berkutat dengan permasalahan serta trauma yang dialaminya sendiri. GridPop.ID (*)
Baca Juga: KUOTA TERBATAS! Segera Daftar Kartu Prakerja Gelombang 48, Insentif Gak Main-main
Source | : | Kompas.com,tribunnewsbogor |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar