GridPop.ID - Sudah jarang dijumpai, kenali tradisi andilan saat jelang lebaran yang dilakukan oleh masyarakat Betawi.
Tradisi andilan saat jelang Hari Raya Idulfitri sudah jarang kita jumpai.
Tradisi ini sudah ada sejak dulu hingga turun termurun sampai sekarang.
Meski Ramadan baru memasuki pekan kedua. Namun tak ada salahnya mengenal satu tradisi unik masyarakat Betawi ini.
Dilansir artikel Kompas.com, tadisi andilan merupakan salah satu tradisi bentuk silahturahmi jelang lebaran.
Mengutip dari situs Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, tradisi ini sudah ada sejak dulu hingga turun temurun sampai sekarang.
Andilan yakni tradisi potong kerbau yang dibeli sebelum Ramadhan.
Kerbau dibeli dari hasil patungan warga satu kampung.
Kerbau yang sudah dibeli ini dirawat secara gotong royong dengan memberi makan secara bergantian oleh warga dan ditaruh di lapangan.
Sampai tiba dua hari sebelum lebaran, baru kerbau tersebut dipotong.
Saat pemotongan kerbau berlangsung, semua warga terlibat.
Keikutsertaan warga inilah sebagai bentuk silahturahmi antar warga saat Ramadhan.
Potongan kerbau kemudian dibagi secara rata kepada warga satu kampung yang ikut patungan tersebut.
Biasanya daging kerbau dimasak saat Idul Fitri dan ikut dibagikan pada warga yang kurang mampu.
Tradisi Andilan memperlihatkan suatu nilai positif yaitu merupakan simbol kerukunan masyarakat Betawi.
Tradisi ini juga menjadi simbol gotong royong, guyub dan berbagi di antara mereka.
Selain itu Andilan juga menunjukan identitas masyarakat Betawi yang awalnya adalah masyarakat agraris dengan komunitas yang erat.
Sayangnya saat ini tradisi ini mulai memudar dikarenakan berkurangnya lahan dan kebun.
Dilansir artikel Warta Kota, sejarawan JJ Rizal mengungkapkan, masyarakat Betawi tempo dulu memiliki tradisi yang disebut motong kebo andilan.
Sebelum memasuki Ramadan, warga di satu kampung akan mengumpulkan uang untuk membeli kerbau.
Masyarakat Betawi kala itu sebagian besar merupakan petani.
Itu juga menjadi salah satu alasan kenapa hewan yang dipilih adalah kerbau.
Masing-masing warga punya andil dalam mengurus kerbau itu.
Termasuk bergiliran menggembalakannya di tanah-tanah lapang.
Baca Juga: Berencana Mudik ke Sumedang Saat Lebaran, Rossa Siapkan Sejumlah Uang THR untuk Keluarga
"Sebelum bulan puasa, kerbau itu dipelihara, mereka gemukkan selama bulan puasa. Mereka kasih makan yang baik," ujar Rizal seperti dilansir KompasTravel.
Begitu Ramadan memasuki akhir, warga kampung akan menyembelih kerbau hasil gotong royong itu.
Kerbau yang sudah disembelih itu kemudian memasaknya bersama-sama.
Hasil masakan itu kemudian dibagikan kepada seluruh warga kampung.
"Tradisi motong kerbau andilan ini tidak hanya dilakukan umat muslim ya. Warga yang Kristen, Hindu, semua berbaur menjadi satu, dan bersama-sama menikmati olahan daging kerbau itu," ujar Rizal.
Sayangnya, tradisi motong kebo andilan itu sekarang sudah punah.
Pendiri Penerbitan Komunitas Bambu itu mengatakan, situasi Jakarta saat ini yang sudah sangat berbeda dari tempo dulu, menjadi salah satu penyebabnya.
Kala itu, masih banyak tanah lapang yang bisa digunakan untuk menggembalakan kerbau.
Sesuatu yang hampir mustahil ditemukan saat ini.
"Sekarang kan udah susah cari lapangan untuk ngangon (menggembalakan hewan)," ujar Rizal.
Selain itu, perubahan dalam sosial masyaraat yang semakin kompleks membuat akhirnya tradisi unik itu tak lenyap dari khasanah masyarakat Betawi.
"Padahal tradisi ini mengandung makna yang menarik, yakni semangat kebersamaan, guyub antarmasyarakat, enggak ada sekat yang kaya dan miskin. Ini budaya yang penting dan sehat, harusnya dipelihara dan dijadikan pertunjukan budaya," ujar Rizal.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Wartakotalive |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar