Umumnya, keputihan fisiologis terjadi saat 2 minggu menjelang masa haid, saat kehamilan, ataupun pada penggunaan pil KB hormonal.
Sedangkan keputihan patologis biasanya terjadi akibat infeksi bakteri, jamur, atau parasit.
"Ciri-ciri cairan vagina yang normal antara lain berwarna putih jernih, konsistensinya seperti lendir, tidak berbau, dan tidak menimbulkan keluhan. Pada keputihan fisiologis, cairan yang keluar dari vagina akan tampak berwarna kekuningan ketika sudah mengering dan mengenai pakaian dalam." ujarnya.
Jika cairan yang keluar dari vagina sudah mengalami perubahan warna (putih susu, keabuan, hingga kehijauan), menjadi lebih banyak, muncul aroma tidak sedap (berbau amis atau busuk), bergumpal, dan memiliki keluhan seperti gatal, nyeri pada area kewanitaan, ataupun panas, kondisi-kondisi tersebut merupakan keputihan patologis.
Ketika keputihan patologis yang terjadi, maka perlu diobati dengan segera untuk mencegah penyebaran infeksi ke organ lainnya.
Pengobatannya tergantung dari penyebabnya, bisa diberikan antibiotik, antiparasit, ataupun antijamur.
Bolehkan berhubungan intim?
Masalah bisa timbul ketika sedang mengalami keputihan, kamu dan pasangan ingin melakukan hubungan intim.
Perlu kamu ketahui, sebenarnya cairan yang keluar saat keputihan memiliki beberapa fungsi, salah satunya sebagai pelumas ketika berhubungan intim.
"Pada keadaan normal, produksi lendir keputihan berkisar antara 2-5 ml per hari. Namun, saat ada rangsangan seksual, produksi lendir keputihan dapat bertambah banyak, mengingat fungsinya sebagai pelumas. Jadi, selama keputihan yang Anda alami bersifat fisiologis atau normal, maka tentu boleh saja berhubungan intim dengan pasangan."
Namun, ketika cairan yang keluar dari vagina kamu memiliki tanda-tanda keputihan abnormal, jangan sekali-kali mencoba untuk melakukan hubungan intim.
Baca Juga: Tak Cuma Wanita, Gairah Hubungan Intim pada Pria Juga Bisa Turun loh, Ini Dia Penyebabnya
Source | : | TribunJambi.com,OpenAI |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar