GridPop.ID - Artikel berikut akan membagikan quotes inspiratif dari Bapak Proklamator, Ir Soekarno atau Bung Karno.
Quotes dari Ir Soekarno ini menghadirkan kata-kata yang penuh makna dan semangat perjuangan dalam perjalanan sejarah Indonesia.
Tidak hanya mencerminkan kepemimpinan yang kuat, tetapi juga visi mendalamnya untuk membangun bangsa dan negara.
Adapun quotes Bung Karno ini bisa dipasang di status media sosial kalian bagi di Intagram, WhatssApp hingga facebook.
Ini bisa menjadi motovasi diri dan juga semarakkan HUT RI ke-78 yang sebentar lagi kita sambut.
HUT Kemerdekaan RI 2023 atau di 17 Agustus 2023 tentunya harus kita sambut dengan sukacita
Kemerdekaan Indonesia tentunya tidak didapatkan dengan cara yang mudah.
Bersama Mohammad Hatta, Bung Karno alias Soekarno berjuang untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia di tengah situasi yang genting untuk pertama kali pada 17 Agustus 1945.
Kini peringatan HUT Kemerdekaan selalu dirayakan setiap tahunnya.
Tujuannya salah satunya sebagai momentum dalam meningkatkan rasa patriotisme dan nasionalisme, guna mempertahankan kemerdekaan yang sudah diperjuangkan.
Untuk menyebarkan semangat perjuangan, beberapa kata-kata inspiratif Bung Karno ini bisa jadi kutipan saat peringatan HUT Kemerdekaan, 17 Agustus 2023 mendatang.
Selain menyuarakan semangat, kata-kata inspiratif ini juga menyuarakan tentang cita-cita bangsa dan pesan persatuan.
Berikut Ragam Quotes Bung Karno
- "Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah."
- “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.”
- "Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam."
- "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia"
- “Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”
- “Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita"
- "Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bistik tapi budak."
- "Berjuanglah terus dengan mengucurkan banyak-banyak keringat" – Soekarno
- "Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!"
Baca Juga: 10 Quotes Tentang Bersyukur dari Para Tokoh Dunia, Dijamin Bikin Kamu Tak Lagi Kufur Nikmat
- "Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."
Sejarah Proklamasi Kemerdekaan
Sebagai informasi, perumusan naskah Proklamasi dilakukan pada 16 agustus 1945 di rumah Laksamana Maeda.
Poses kemerdekaan Indonesia diawali oleh upaya Sekutu yang menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945, dan kota Nagasaki 3 hari kemudian.
Tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1945 Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat kepada rombongan sekutu.
Mengetahui hal ini, para pemuda langsung mendesak Soekarno-Hatta memanfaatkan situasi untuk menyatakan Proklamasi Kemerdekaan.
Akan tetapi, usulan para pemuda itu ditolak mentah-mentah oleh Soekarno-Hatta hingga menimbulkan ketidakpuasan bagi para pemuda.
Para pemuda kemudian sepakat akan membawa Soekarno-Hatta bersama Fatmawati ke Rengasdengklok.
Dibawanya mereka ke Rengasdengklok, bermaksud agar keinginan mereka dapat terpenuhi.
Perdebatan sempat terjadi antara Soekarno dan pemuda terkait kapan Proklamasi Kemerdekaan pada 16 Agustus 1945 itu.
Mengutip laman resmi Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, berikut bunyi percakapan antara Bung Karno dan para pemuda, sebagaimana ditulis oleh Lasmidjah Hardi (1984:60)
"Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu.... Lalu apa ? teriak Bung Karno sambil beranjak dari kursinya, dengan kemarahan yang menyala-nyala. Semua terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara".
Bung Karno menjelaskan, bahwa ia seluruh kegiatan itu rencananya akan ia laksanakan pada tanggal 17 agustus.
Salah satu pemuda bernama Sukarni, bertanya.
"Mengapa tidak sekarang saja?," katanya.
"Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," bunyi dialog Bung Karno.
Ahmad Soebardjo kemudian datang dan berusaha membujuk para pemuda untuk melepaskan Soekarno-Hatta.
Rombongan langsung bergegas ke rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1.
Di lokasi ini, perumusan naskah Proklamasi dilakukan.
Naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Hatta dan Soebardjo di ruang makan rumah Maeda.
Soekarno menuliskan konsep proklamasi pada secarik kertas.
Sayuti Melik didampingi BM Diah mengetik naskah Proklamasi itu dan diserahkan kembali kepada Soekarno untuk ditandatangani.
Tepatnya pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, di halaman rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, naskah proklamasi dibacakan.
Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul "Ragam Quotes Bung Karno, Bisa Untuk Status di Medsos, Motivasi Diri Semarakkan 17 Agustus 2023"
Baca Juga: Bikin Semangat Kembali Membara, Inilah 15 Quotes Tentang Rasa Kecewa
(*)
Source | : | Banjarmasinpost.co.id |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar