Pada peserta berusia 13-24 tahun, sebanyak 44,3 persen menyatakan penggambaran romansa terlalu sering sedangkan 47,5 persen setuju seks tidak dibutuhkan dalam sebagian besar plot film maupun acara TV.
Lebih dari separuh Gen Z menginginkan lebih banyak konten yang berfokus pada persahabatan dan hubungan platonis.
Selain itu, 39 persen sangat tertarik menonton film dan acara TV yang menampilkan karakter non romansa dan aseksual.
"Ketika ada konten yang terlalu banyak seks, saya dan teman-teman sering kali tidak nyaman," kata Ana, 16 tahun, dalam video yang dirilis UCLA untuk mendukung data ini.
"Hal ini dapat memberi orang gagasan yang salah tentang apa yang seharusnya mereka inginkan pada usia tersebut."
Penelitian ini juga mengungkap, Gen Z lebih menyukai hiburan yang sehat karena isolasi sosial selama pandemi dan kebutuhan akan hubungan yang berkarakter positif.
Gen Z tidak menyukai plot utama romansa, termasuk keharusan akan hubungan, akhir romantis yang dipaksakan, dan cinta segitiga.
Mereka juga sudah bosan dengan cerita-cerita heteronormatif dan stereotip yang meromantisasi atau mengagung-agungkan toxic relationship, terutama yang berkaitan dengan hubungan romantis atau seksual.
“Bukannya anak muda tidak tertarik dengan TV, film, dan media lain yang berisi konten seksual. Tapi mereka ingin melihat lebih banyak jenis hubungan yang berbeda,” terang Uhls.
Meski demikian, riset ini tidak menanyakan secara spesifik tentang pornografi.
"Namun salah satu teorinya mungkin bahwa prevalensi pornografi bisa menjadi alasan mengapa mereka merasa ingin melihat lebih sedikit konten seksual di media tradisional," tambah Uhls.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Riset, Gen Z Tak Suka Percintaan dan Adegan Seksual di Film"
Baca Juga: 10 Manfaat Seledri untuk Kesehatan Tubuh, Diantaranya Tingkatkan Gairah Hubungan Intim
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar