Mereka bertindak seolah-olah mereka menjual anak-anak mereka.
Setelah mendapatkan cukup uang, bolehkah keluarga mempelai pria mengambil mempelai wanita dan tidak mengembalikannya seperti membeli sesuatu?”timpal yang lain.
“Uang adalah segalanya. Ini sangat halus. Apa yang dilakukan orang tua mempelai wanita di depan kedua keluarga?” seorang netizen menanggapi.
Sebaliknya, sebagian netizen mendukung tindakan orang tua mempelai wanita, menganggap menghitung mahar di depan umum sebagai langkah transparan untuk menghindari kesalahpahaman di masa depan.
Meskipun Provinsi Guizhou dikenal dengan ketatnya menjaga tradisi, tidak banyak yang menyangka bahwa situasi seperti ini dapat terjadi dalam sebuah pesta pernikahan.
Beberapa netizen menyarankan bahwa kekhawatiran keluarga mempelai wanita tentang kehilangan mahar atau adanya uang palsu mungkin menjadi alasan dibalik penggunaan mesin penghitung uang.
Meskipun demikian, banyak yang berpendapat bahwa pernikahan seharusnya dianggap sebagai peristiwa penting dalam kehidupan pasangan, bukan sebagai transaksi bisnis.
(*)
Source | : | TribunTrends.com,Open AI Chat GPT |
Penulis | : | Helna Estalansa |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar