GridPop.ID - Viral di media sosial momen pernikahan yang tak biasa.
Betapa tidak? Keluarga mempelai wanita ini malah membawa mesin penghitung uang saat acara pernikahan.
Berikut kisah lengkapnya.
Pernikahan adalah momen sakral yang dipenuhi kebahagiaan, seringkali diwarnai dengan tradisi dan kebiasaan unik.
Namun, sebuah pernikahan di Provinsi Guizhou ini mendadak viral di media sosial karena keluarga mempelai wanita membawa mesin penghitung uang sebagai bagian dari prosesi pernikahan.
Kisah unik ini menjadi viral di media sosial, mengundang beragam reaksi dan kontroversi.
Mesin penghitung uang tersebut ternyata digunakan untuk memeriksa mahar yang diberikan oleh pengantin pria, mengundang tawa dan keheranan dari warga sekitar.
Tradisi memberikan mahar merupakan bagian dari pernikahan Tiongkok, dengan harapan baik secara simbolis dari keluarga mempelai pria.
Namun, bila digali lebih dalam, mahar di Tiongkok pada awalnya terdiri dari benda-benda simbolis seperti botol air panas atau tempat tidur.
Namun, akhir-akhir ini, standar mahar mengalami peningkatan yang signifikan.
Perlahan tapi pasti, mahar beradaptasi dengan tren yang berkembang seiring berjalannya waktu.
Ada periode tertentu di mana mahar dikenal sebagai "Tiga Hadiah," yaitu jam tangan, sepeda, dan mesin jahit.
Pada dekade 1980-an, konsep ini berkembang menjadi pemberian peralatan modern seperti TV, lemari es, atau mesin cuci.
Sebagai informasi tambahan, hadiah pernikahan di Cina umumnya diharapkan memiliki tingkat kemewahan yang tinggi.
Seperti yang terjadi pada pernikahan di Provinsi Guizhou ini.
Dikutip dari sanook.com pada Sabtu (18/11/2023), keluarga mempelai wanita telah menetapkan berbagai syarat.
Sebelum acara pernikahan, pihak keluarga mempelai pria bersama dengan sanak saudara membawa oleh-oleh ke rumah mempelai wanita sesuai kesepakatan, baik berupa barang maupun uang.
Namun, ketika semua anggota keluarga dari kedua belah pihak berkumpul, suasana yang seharusnya dipenuhi keceriaan dan kebahagiaan tiba-tiba berubah menjadi tidak nyaman.
Situasinya menjadi canggung, seolah-olah pernikahan tidak lagi menjadi momen yang membahagiakan.
Ternyata, semuanya berawal dari keputusan orang tua mempelai wanita untuk menghitung mahar di hadapan semua orang.
Bahkan, mereka telah menyiapkan mesin penghitung uang yang memberikan laporan setiap tumpukan uang selesai dihitung.
Ketika masalah yang tidak bisa dihitung muncul, mesin akan memberi peringatan dengan mengatakan "Ada masalah," suara ini terdengar melingkupi seluruh ruangan, menciptakan suasana yang tidak nyaman.
Setelah penghitungan selesai, sang ibu memberikan beberapa kata kepada pengantin wanita, yang dengan cepat memasukkan uang yang telah dihitung ke dalam kotak tanpa merasa risih.
Tindakan ini dijalankan seakan-akan merupakan bagian yang tak terhindarkan dari proses pernikahan.
Di sisi lain, keluarga mempelai pria hanya berdiri dan menyaksikan keluarga mempelai wanita menghitung uang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Ketika cerita ini dibagikan di media sosial, langsung menjadi viral dan mendapat kritik keras dari beberapa netizen.
Mereka menyuarakan ketidaksetujuan terhadap perilaku keluarga mempelai wanita, menganggapnya sebagai tindakan yang tidak baik dan menimbulkan keraguan terhadap keluarga mempelai pria.
“Ini seperti keluarga mempelai wanita yang mengatakan bahwa mereka tidak mempercayai keluarga mempelai pria. Perilaku seperti ini sungguh tidak baik,” ujar seorang netizen.
“Jika orang tua sangat menyayangi putrinya, mereka tidak akan melakukan ini,” ujar yang lain.
“Bahkan pengantin wanita bekerja sama dengan baik dengan orang tuanya.
Mereka bertindak seolah-olah mereka menjual anak-anak mereka.
Setelah mendapatkan cukup uang, bolehkah keluarga mempelai pria mengambil mempelai wanita dan tidak mengembalikannya seperti membeli sesuatu?”timpal yang lain.
“Uang adalah segalanya. Ini sangat halus. Apa yang dilakukan orang tua mempelai wanita di depan kedua keluarga?” seorang netizen menanggapi.
Sebaliknya, sebagian netizen mendukung tindakan orang tua mempelai wanita, menganggap menghitung mahar di depan umum sebagai langkah transparan untuk menghindari kesalahpahaman di masa depan.
Meskipun Provinsi Guizhou dikenal dengan ketatnya menjaga tradisi, tidak banyak yang menyangka bahwa situasi seperti ini dapat terjadi dalam sebuah pesta pernikahan.
Beberapa netizen menyarankan bahwa kekhawatiran keluarga mempelai wanita tentang kehilangan mahar atau adanya uang palsu mungkin menjadi alasan dibalik penggunaan mesin penghitung uang.
Meskipun demikian, banyak yang berpendapat bahwa pernikahan seharusnya dianggap sebagai peristiwa penting dalam kehidupan pasangan, bukan sebagai transaksi bisnis.
(*)
Source | : | TribunTrends.com,Open AI Chat GPT |
Penulis | : | Helna Estalansa |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar