GridPop.ID - Isi surat terakhir pasangan kekasih yang meninggal bunuh diri di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Sepasang kekasih ditemukan membusuk di rumah kos Jalan Muh Tahir Lorong 7, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Melansir Kompas.com, keduanya masing-masing berinisial IAY (26) dan AK (26).
Diduga pasangan kekasih ini mengakhiri hidup karena cinta tak direstui hingga terlilit utang.
Kasus ini terkuak saat AK tak bisa dihubungi oleh orang tuanya.
Setelah didatangi ke kosnya, anaknya sudah tak bernyawa.
Posisi wanita terbungkus selimut di lantai dekat toilet kamar, sedangkan si pria tengkurap di dekat pintu dan jendela dalam kondisi telah membengkak dan sejumlah bagian tubuh telah menghitam.
Dugaan pasangan ini bunuh diri diperkuat dengan adanya temuan minuman kemasan, sejumlah jenis obat-obatan, kopi dan bungkusan tawas di atas lemari.
Informasi dihimpun, ada dugaan hubungan keduanya tidak mendapat restu orang tua. Namun ada dugaan keduanya juga terlilit utang piutang.
Terlebih pasangan ini sempat menggadaikan sejumlah barang bergarga.
Tapi pihak kepolisian belum dapat memastikan terkait dugaan tersebut.
Baca Juga: PILU Gadis Yatim Piatu Hamil 8 Bulan Coba Bunuh Diri, Pelaku paman dan Sepupu yang Masih Buron
Melansir Tribun Jateng, polisi turut menemukan sepucuk surat yang ditulis tangan di atas kertas putih.
Berikut isi permintaan terakhir IAY:
"Dunia ini sangat kejam dibandingkan neraka.
Hati-hati sama orang, 100 persen tidak ada bisa dipercaya.
Makasih pak sama ma ini keputusan terakhirku.
Cepat sekali maka kasi malu-maluki, tidak berguna ja ka.
Tidak ada-mi itu kasih susah-ki, kasih malu-malu-ki.
Tetap-ki baik sama orang. Kutunggu-ki di sana pak sama mama.
Tanya keluarganya Kak Eko, terima kasih baik sekali selama ini walaupun bikin maluka di kosnya.
Barusan dapat orang baik kayak keluarganya.
Ambil-mi ki pak rawatki. Ajari-ma ki Ilham naik mobil. Ilham-pi antar-ki. Jangan-ki sering marahi Ilham.
Baca Juga: Terjun Bebas dari Jembatan Liliba, Mahasiswa NTT Nekat Akhiri Hidup karena Hal Ini
Ambil-ma ka saya, kubur di Jeneponto. Dekat-ji Somba supaya bisa ke Jeneponto terus. Jangan-mi besar-besarkan berita ini. Kemauanku-ji semua.
Tetap-ki panjang umur semua. Sehat-sehat terus-ja ka lihat-ki.
Makasih pak sama mama.
Makasih Kak Eko sama keluarga-ta.
Jangan-mi besar-besarkan. Langsung-mi jemput.
0822-1587-32**
Telepon-ma ki ini."
Berikut isi surat wasiat AK:
"Sebelumnya, saya Tina mau minta maaf karena tidak mampu untuk jalani hidup lagi.
Pertama, saya minta maaf kepada kedua orangtuaku karena tidak mampu-ka bahagiankan-ki.
Kedua, kepada keluarga dan temanku Lia yang selalu pedulikan dan kasihka bantuan.
Baca Juga: Jengah Dituding Jadi Biang Kematian NJW, Mantan Pacar Mahasiswi Unnes Buka Suara: Jangan Asal Tuduh!
Terima kasih sudah kita besarkan-ka sampai besar begini-ka tapi tidak bisa-ka lanjutkan hidup karena terlalu banyak beban kutanggung dan tidak bisa-ka bebani-ki, Ma'.
Cukup sampai di sini saja saya susahi-ki sama bapak. Tidak adami lagi anak-ta yang selalu susahi-ki.
Sehat selalu-ki sama bapak. Ingat-ingat-ki istirahat.
Jangan-ki paksa diri-ta selalu untuk cari uang.
Minta maaf-ka Ma' sama bapak.
Hubungi-ma ki ini: 0858-2414-88**/0858-2534-20**
Satu-ji saya yang tidak kusuka, jangan-ki selalu banding-bandingkan anak-ta karena kita tidak tahu bagaimana rasanya dibanding-bandingkan.
Intinya sekarang, tidak ada-mi lagi anak-ta yang sering kasih susah-ki.
Minta maaf-ka.
Minta maaf-ka karena tidak bisa-ka kasih keluar motor-ta. Sudah-ma bayar sedikit, sisa Rp 4.550.000. Sisanya bisa ma ki ambi-ki.
Hubungi ma ki ini nomor: 082 398 783 5**
Untuk kostnya Rina juga, beluma bisa-pa ka lunasi Ma'.
Sisa 4 bulan mami karena kos itu bukan Rp 6.000.000 / tahun tapi lebih dari itu.
Jadi suruh saja Rina untuk cari kos baru.
Mudah-mudahan dapat-ji kos bagus tanpa banyak mengeluhnya.
Mudah-mudahan itu anak-ta satu tidak ada susah na-dapat untuk ke depannya.
Ajari-ki saja sopan santun ke orang, terutama keluarganya.
Agus Kartina."
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar