Saya mencoba membaringkan putra kami kembali, tetapi setiap kali saya membaringkannya, dia bangkit dan bergerak." ujarnya.
Pada jam 3 pagi, dia sudah 'muak' dengan permainan yang mengganggu putranya.
“Saya kelelahan dan anak laki-lakiku lelah, dia seharusnya tidak memainkan permainannya selarut ini jika dia tahu itu membuat kami berdua tetap terjaga.
Dia kemudian mematikan TV dan anak kami mulai tenang," lanjutnya.
Namun suaminya tidak menerima permainan tersebut dengan baik, dan mengeluh bahwa dia harus memulai permainan itu lagi karena dia tidak dapat menyelesaikannya pada malam itu.
“Suami saya kemudian marah kepada saya karena saya tidak mendapatkan akhir permainan yang dia inginkan, dia harus mematikannya karena saya menjadi kesal, dia sekarang harus memulai permainan dari awal lagi untuk mencoba dan mendapatkan akhir yang dia inginkan karena saya tidak membiarkan dia bermain malam ini, dan betapa ini tidak adil karena dia tidak pernah punya waktu untuk bermain di siang hari", tambah sang ibu.
"Saya hanya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak terlalu peduli dengan hasil akhir yang dia dapatkan.
Dia bisa saja bermain sampai larut malam jika itu tidak mengorbankan saya dan putra kami, tetapi pada saat itu dia menyatakan keinginannya untuk menyelesaikannya. permainan di depan putra kami dan kebutuhan untuk tidur," ujarnya pilu.
Sang suamiterus mempertahankannya dan pada akhirnya dia dan bayinya tertidur sekitar jam 5 pagi.
"Saya sangat marah karena dia terus mengungkit fakta bahwa dia tidak mendapatkan akhir cerita yang dia inginkan," ujarnya.
“Pagi ini aku bangun masih kesal dengan semuanya, tidak marah hanya sedih.
Source | : | tribunnews,Mirror.co.uk,ChatGPT |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar