Dia bilang padaku dia tidak mau minta maaf karena bermain game itu hobinya dan dia tidak mengerti kapan bisa bermain di siang hari.
Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak punya waktu untuk melakukan apa pun yang ingin saya lakukan, tetapi setiap kali saya masuk ke kamar kami selama hari kerja (WFH), saya melihatnya bermain entah anak itu sedang tidur dan dia sedang bermain atau dia telah memasang ponselnya agar putra kami dapat menonton YouTube sambil bermain.
Saya juga mendapat notifikasi di ponsel saya setiap kali dia online di PlayStation-nya," ujarnya.
Wanita itu mencoba mengatakan kepada suaminya bahwa ia bahkan tidak punya waktu untuk melakukan hobinya karena mengasuh putra setelah selesai bekerja dan pada hari libur hingga ketika anak itu tertidur.
"Saya hanya punya tenaga untuk mandi dan lalu aku pergi tidur.
Dia bilang padaku dia tidak akan meminta maaf karena punya hobi.
Dia tidak mengerti bahwa saya tidak marah padanya karena mempunyai hobi, saya kesal karena tadi malam dia mendahulukan hobinya daripada putranya dan saya tahu itu membuat kami berdua tetap terjaga. Dan yang terpenting, dia menyalahkan saya karena tidak mendapatkan akhir yang dia inginkan dalam permainan," ujar wanita itu kesal.
Setelah curhatannya viral, banyak yang bersimpati padanya.
Tak sedikit pula yang meminta televisi untuk bermain game dipindahkan ke luar kamar.
Sebagai tambahan, kecanduan game bisa menjadi salah satu sumber konflik dalam rumah tangga.
Pasangan atau anggota keluarga lainnya mungkin merasa diabaikan atau tidak dihargai jika seseorang lebih memilih bermain game daripada berpartisipasi dalam aktivitas keluarga.
Tak hanya itu, kecanduan game juga berpotensi memicu permasalahan keuangan.
Pasalnya kecanduan game mengakibatkan pengeluaran yang tidak terkendali untuk membeli permainan atau item dalam game.
Ini dapat menyebabkan masalah keuangan dalam rumah tangga. GridPop.ID (*)
Source | : | tribunnews,Mirror.co.uk,ChatGPT |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar