Namun, sejak Hari Suci Nyepi tahun 1983 ogoh-ogoh digunakan sebagai simbolis butha kala yang diarak atau diparadekan mengelilingi wewidangan desa untuk mengusir butha kala yang dilakukan pada malam hati sehari sebelum Hari Suci Nyepi atau pengrupukan.
Dalam pelaksanaan tradisi ogoh-ogoh biasa dilakukan dengan ngarak atau parade. Pelaksanaan ngarak ogoh-ogoh memiliki filosofi yang diharuskan untuk manusia saling menjaga alam dan sumber daya untuk tidak merusak lingkungan sekitarnya.
Ngarak ogoh-ogoh dilakukan dengan diarak keliling desa maupun dipentaskan yang biasa diadakan dari sore hingga malam hari.
Untuk yang mengarak biasanya akan meminum arak untuk menandakan sifat buruk dari dalam diri manusia.Berat yang dipikul saat mengarak akan diakhiri dengan membakar ogoh-ogoh tersebut sampai habis.
GridPop.ID (*)
Source | : | Tribun-Bali.com,Open AI Chat GPT |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar