Soeharto menangis lama sekali karena takut, ditambah lagi anak-anak lain mengganggunya dengan mengatakan uang itu tak akan pernah keluar lagi dari perutnya.
Pengalaman tidak menyenangkan lainnya yang dialami Soeharto kecil, adalah ketika ia bermain dengan saudaranya Darsono, di depan rumah kakek buyutnya, Notosudiro.
Diceritakan saaat itu kakek buyutnya sedang membuat baju, Soeharto kemudian dipanggil untuk mencoba baju tersebut.
Namun, baju itu ternyata bukan untuk sang Jendral, melainkan untuk Darsono.
Karena perlakuan kakek buyutnya ini, Soeharto kecil merasa sedih dan terhina.
"Saya merasa nista, hina. Saya nelangsa, sedih sekali. Wah, hidup ini kok begini," Soeharto melampiaskan kesedihannya. (Dwipayana, 1989, hal 10). (*)