Selain itu, Sintong Panjaitan menambahkan, sebagai anggota partai, orang bisa jadi bermacam-macam.
"Mungkin di masa datang kamu bisa jadi Menteri Pertahanan. Saya akan menghormati kamu. Itu tidak menjadi masalah bagi saya," kata Sintong Panjaitan pada Prabowo.
Ucapan itu, bercermin dari seorang Letnan Dalam Angkatan Bersenjata di Kerajaan Belanda yang keluar dari dinas militer, kemudian meniti karier politik dan bisa menjadi Menteri Pertahanan.
Seusai pembicaraan itu, Sintong Panjaitan memerintahkan Prabowo kembali ke tempat.
"Ia memberi hormat dengan sigap seperti layaknya seorang tentara profesional, kemudian ia meninggalkan ruangan. Sejak saat itulah hubungan antara saya dan Prabowo yang semula sangat baik menjadi putus," kata Sintong Panjaitan.
Kala itu, Sintong mencatat sikap Prabowo sebagai bentuk mempertanyakan perintah yang diberikan atasan kepada perwiranya.
"Saya seorang prajurit, sehingga saya akan melaksanakan tugas sesuai dengan aturan tentara yang berlaku. Perintah atasan tidak dapat ditawar dan hanya dilaksanakan," kata Sintong Panjaitan.
Diberitakan dari Kompas.com, seorang pakar meneliti mengapa Prabowo Subianto bisa menjadi menteri di era Joko Widodo.
Kepala Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana menilai, sikap Prabowo dan Gerindra merupakan hal yang wajar dan alamiah dalam politik.
"Pertimbangannya pasti matang, meskipun pasti akan dicibir oleh banyak orang, banyak kelompok, termasuk kelompok-kelompok pendukungnya Beliau. Itu semuanya pasti kan akan berpandangan negatif ya," kata Aditya, saat dihubungi, Selasa (22/10/2019).
Selain itu, ia menilai, ada dua alasan di balik merapatnya Gerindra ke barisan kekuasaan.
Pertama, menurut Aditya, dengan berada di lingkar kekuasaan, Gerindra sedang mempertahankan eksistensinya sebagai partai politik untuk periode 5 tahun ke depan.
Alasan kedua, menurut Aditya, menunjukkan ambisi Prabowo Subianto untuk membereskan permasalah pertahanan dan keamanan yang ada di Indonesia. (*)