GridPop.ID - Baru-baru ini publik tengah dihebohkan dengan kabar meninggalnya seorang pawang ular di Kalimantan Barat lantaran di gigit ular kobra.
Bagaimana tidak, pria tersebut nekat melanjutkan aksi berbahayanya dengan ular kobra meski telah digigit berkali-kali.
Atas kejadian naas itu, Panji Petualang pun terkena imbasnya hingga kerap disalahkan lantaran dituding mencontohkan adegan berbahaya itu.
Panji Petualang buka suara berkait dirinya yang sering dikaitkan dengan kasus tewasnya seseorang akibat digigit ular berbisa.
Panji yang selama ini dikenal sebagai pawang dan penjinak hewan turut bersuara berkait seorang pawang ular yang tewas digigit king cobra.
Dikabarkan sebelumnya, Norjani, pawang ular di Desa Pak Utan, Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, tewas setelah berkali-kali digigit king kobra saat melakukan atraksi, Sabtu (25/1/2020).
Berbicara di kanal YouTube-nya dalam video berjudul "DI G1G1T ULAR | PANJI YANG DISALAHKAN ??", Panji mengatakan, pawang itu meninggal lantaran tak langsung mendapatkan pertolongan pertama.
"Pawang tersebut tidak langsung melakukan imobilisasi untuk perlakukan penolongan pertama tapi dia malah masih berkomunikasi dengan rekannya dan masih memegang ularnya," ucap Panji seperti dikutip dari channel YouTube-nya, Selasa (28/1/2020).
Kata Panji, seharusnya imobilisasi pada orang yang terkena gigitan ular adalah harus tak peduli siapa pun korbannya.
"Kuncinya ketika kita terkena gigitan ular pertolongan pertama itu hukumnya wajib untuk penanganan anti bisa," ucap Panji.
Menurut Panji, faktor kedua yang membuat seseorang sulit mendapat penanganan ketika digigit ular king cobra adalah karena ketersediaan anti bisa.
"Karena memang anti bisa di Indonesia itu hanya ada bisa mengobati 3 gigitan ular, yakni jenis kobra biasa, ular tanah, dan ular welang," kata Panji.
"Jadi idealnya untuk mengobati 3 gigitan ular dari 1 antibisa yang kita miliki di Indonesia ini," lanjut Panji.
Tak hanya kasus Norjani, rupanya sebelum ini pun Panji beberapa kali disalahkan atas kejadian seseorang yang digigit ular.
Panji pun heran mengapa dirinya dikaitkan dengan kasus gigitan ular yang menewaskan seseorang hanya karena konten yang sering ia buat.
Apalagi, konten yang Panji buat bersama ular king kobra kesayangannya bernama Garaga.
"Lalu ada lagi berita ada anak kecil korban gigitan ular mulai dari Bandung, kemudian Pontianak, Indramayu, dan mirisnya menurut beberapa pihak bahwa anak yang terkena gigitan ular tersebut itu karena meniru Panji dan Garaga," ucap Panji.
Panji pun mengklarifikasi asumsi yang berseliweran tersebut.
Menurutnya, asumsi tersebut lantaran dirinya paling diingat dengan aksi bersama ular berbisa sehingga dirinya yang selalu dikaitkan ketika ada masalah seperti ini.
"Mungkin karena alhamdulillah channel saya paling banyak ditonton, jadi selalu dijadikan acuan ketika seperti ini," ucap Panji.
Berkait asumsi yang ada, Panji mengatakan, program yang ia buat dengan melakukan atraksi bersama ular berbisa dan hewan buas lainnya memang bukan diperuntukkan bagi anak-anak.
"Makanya peran orangtua sangat dibutuhkan untuk membimbing bahwa yang mereka lakukan itu tidak baik, tidak benar dan semacamnya," ucap Panji.
Panji pun menegaskan, aksi yang ia lakukan baik di YouTube dan televisi itu memang bukan untuk anak tapi untuk dewasa.
Lantaran hal itu lah, Panji menerapkan peraturan dalam filter di konten YouTube-nya, di mana kontennya hanya bisa diakses oleh penonton di atas usia 10 tahun.
Panji justru mempertanyakan anak-anak yang bisa mengakses konten YouTube-nya, meski masih berusia di bawah 10 tahun.
Seharusnya, lanjut Panji, orangtua sudah mengantisipasi hal ini dengan menyediakan aplikasi YouTube khusus untuk anak-anak.
"Berarti mereka bisa mengakses konten saya dari HP yang ada email orangtua, karena pakai akun dengan usia dewasa, dan YouTube pun sudah ada aplikasi YouTube Kids sebenarnya," ucap Panji.
(*)