Find Us On Social Media :

Pandemi Virus Corona Belum Usai, Ilmuwan Sudah Waniti-wanti Fenomena Alam 'Lockdown' Matahari yang Disebut Bisa Berpotensi Menimbulkan Berbagai Bencana Alam di Bumi

By None, Selasa, 19 Mei 2020 | 13:40 WIB

Pandemi Virus Corona Belum Berakhir, Ilmuwan Sudah Waniti-wanti Fenomena Alam 'Lockdown' Matahari yang Disebut Bisa Menimbulkan Berbagai Bencana Alam

GridPop.ID - Indonesia dan berbagai belahan dunia kini masih berjuang menghadapi virus corona.

Namun, belum jelas akhir dari pandemi virus corona, ilmuwan kembali menemukan fenomena alam baru yang disebut bisa mendatangkan bencana.

Para ilmuwan tengah meneliti fenomena 'lockdown' matahari di tengan pandemi corona yang ternyata berpotensi ciptakan bencana di bumi.

Baca Juga: Bak Senjata Makan Tuan, Gegara Istri Nyinyiri Pemerintahan Jokowi di Media Sosial, Prajurit TNI AD Ini Harus Terima Hukuman Militer dan Ditahan Selama 14 Hari

Mengutip dari Kompas.com, para ilmuwan mengatakan, matahari saat ini tengah memasuki periode ‘lockdown’ yang berpotensi menimbulkan berbagai bencana seperti gempa bumi, cuaca beku, dan kelaparan.

Rupanya, lockdown yang dimaksud adalah aktifitas permukaan matahari yang sedang turun drastis, karena berada dalam periode solar minimum (minimum matahari).

Akibat hal tersebut, sinar matahari pun mengalami penurunan drastis yang ditandai dengan bintik matahari yang menghilang.

Baca Juga: Sepak Terjang Pria Kalimantan sebagai Seorang Dewa Judi ini Ditakuti Amerika sampai Diburu FBI, Dulunya Ternyata Hanya Tukang Bangunan!

“Solar minimum sedang berlangsung, dan ini parah,” ujar Astronom Dr Tony Phillips dikutip dari The Sun via Kompas.com, Minggu (17/5/2020).

Menurut Philips dari jumlah bintik matahari yang ada, kondisi saat ini termasuk yang terparah dalam satu abad terakhir.

Karena hal tersebut, medan magnet matahari sontak menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya.

Baca Juga: Menolak Tua, Di Usia 70 Tahun Vera Wang Tampil Awet Muda dengan Wajah Flawless Bebas Kerutan, Potret Sang Desainer Sukses Gegerkan Netizen

"Kelebihan sinar kosmik menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan perubahan udara kutub, memengaruhi elektro-kimia atmosfer bumi, dan dapat membantu memicu petir," ujarnya.

Kondisi ini pun membuat para ilmuwan NASA khawatir Dalton Minimum yang pernah terjadi antara tahun 1790 dan 1830 kembali terjadi.

Pasalnya, pada saat Dalton Minimum terjadi, suhu menjadi sangat dingin, munculnya letusan besar gunung berapi, gagal panen, dan timbulnya kelaparan.

Baca Juga: Rintis Karir sebagai Jurnalis Hingga Sosoknya Dikagumi, Intip Rumah Mewah Keluarga Najwa Shihab yang Luas bak Dinasti Kerajaan, Puny 2 Kolam Renang Sekaligus!

Saat itu, suhu bahkan anjlok hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun dan produksi pangan dunia merosot.

Salah satu efek Dalton Minimum di Indonesia adalah letusan Gunung Tambora pada 10 April 1815, yang menewaskan sedikitnya 71.000 orang.

Dampak lainnya, saat itu, juga menjadi tahun tanpa musim panas di tahun 1816.

Baca Juga: Kecantikan Nia Ramadhani Disandingkan dengan Pelakor dalam Drama Korea World Of Married yang Lagi Viral, Netizen: Mirip Artis Korea Han So Hee

Melansir dari Forbes yang menukil data dari Spaceweather.com, sudah ada 100 hari di tahun 2020 ini, di mana matahari menunjukkan nol bintik matahari.

Tahun ini, matahari pun telah mengalami kekosongan tanpa bintik sebesar 76 persen.

Sementara itu, pada tahun 2019, matahari sempat mengalami kekosongan sebesar 77 persen.

Baca Juga: Rahasia Tampil Glowing Tanpa Mengandalkan Skincare dan Makeup, Cukup Hindari Mengonsumsi 5 Makanan ini agar Wajah Tampak Flawless Alami!

Dua tahun berturut-turut sedikit bintik membuat minimum matahari semakin parah.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ilmuwan: Matahari dalam Fase 'Lockdown', Waspadai Berbagai Bencana