Find Us On Social Media :

Beredar Berbagai Rumor tentang Kematian Ibu Tien yang Menjadi Misteri Puluhan Tahun, Ajudan Pribadi Soeharto yang Jadi Saksi Detik-detik Wafatnya Istri Soeharto Itu Ungkap Fakta Sebenarnya: Itu Adalah Rumor dan Cerita Sangat Kejam!

By Septiana Risti Hapsari, Jumat, 29 Mei 2020 | 13:30 WIB

Soeharto dan Tien Soeharto

GridPop.ID - Ibu Siti Hartinah, atau yang lebih akrab disapa Ibu Tien ini adalah istri dari Presiden Indonesia yang ke-2, Soeharto.

Almarhumah Ibu Tien Soeharto merupakan anak kedua pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo yang meninggal pada 28 April 1996 di usia 72.

Melansir dari Tribun Jatim, penyebab sebenarnya Ibu Tien wafat diungkap oleh mantan Kapolri Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto.

Hal itu juga menjawab rumor yang berbedar selama ini.

Baca Juga: Soeharto Sempat Mimpikan Pentas Gamelan Ditengah Kegelapan Hingga Ramalkan Kondisi Miris di Tahun 2020: Anak-anak Sekarang Harus Disiapkan, Kalau Tidak Hancur Bangsanya!

Saat itu, Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto rupanya menjadi saksi detik-detik wafatnya Ibu Tien Soeharto pada 1996 silam.

Hal itu seperti yang diceritakannya dalam buku berjudul 'Pak Harto, The Untold Stories'.

Sutanto mengaku, saat itu dia menyaksikan Soeharto terus mendampingi sang Ibu Negara.

"Saya menyaksikan langsung bagaimana Pak Harto mengalami kesedihan yang amat mendalam," kata Sutanto dalam buku itu.

Baca Juga: Perkataannya Terbukti Benar! Ternyata Presiden Soeharto Sempat Ramalkan Nasib Indonesia di Tahun 2020 Pada Tahun 1995 Lalu, Begini Isi Prediksinya

Menurutnya, bagaimanapun seseorang pasti akan sedih saat kehilangan pendamping hidupnya selama puluhan tahun.

"Ibu Tien telah banyak berkorban dan menemani Pak Harto dalam suka dan duka, namun dalam keadaan itu Pak Harto tetap nampak tegar, tenang, dan tabah," ujar Sutanto.

Beberapa hari setelah peristiwa itu, Sutanto melanjutkan, beredar isu mengenai penyebab meninggalnya Ibu Tien.

Isu itu menyebutkan, Ibu Tien meninggal karena dua anak lelakinya, Tommy dan Bambang, saling berebut proyek mobil nasional.

Baca Juga: Lebih Tinggikan Rasa Kemanusiaan Daripada Ego, Polisi Ini Banjir Pujian dari Netizen, Tak Jadi Tilang Pelanggar Lalu Lintas karena Lihat Isi Mobil, Apa yang Ada di Dalamnya?

Keduanya pun terlibat baku tembak hingga satu di antara tembakan kemudian mengenai Ibu Tien.

"Itu adalah rumor dan cerita yang sangat kejam dan tidak benar sama sekali."

"Saya saksi hidup yang menyaksikan Ibu Tien terkena serangan jantung mendadak, membawanya ke mobil, dan terus menunggu di luar ruangan saat tim dokter RSPAD melakukan upaya medis," jelasnya.

Oleh karena itu, Sutanto pun berharap agar masyarakat tidak termakan rumor tersebut.

"Saya harap jangan sampai rumor tidak benar itu tetap dipercaya oleh sebagian orang yang hingga kini terus menganggapnya benar," ujar Sutanto.

Baca Juga: Cintanya Berbalas, Kakek 70 Tahun Ini Berhasil Taklukkan Janda Seumuran Cucunya hanya dengan Modus Minta Air Putih, Rajin Apel Tiap Malam Minggu hingga Akhirnya Dinikahi dengan Mahar Rp 50 Ribu!

Meninggalnya Ibu Tien Soeharto

Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto memiliki sejumlah kenangan dengan keluarga besar Soeharto.

Sutanto memang pernah menjadi ajudan Soeharto dari tahun 1995 hingga 1998.

Satu di antara kenangan yang masih diingat oleh Sutanto adalah saat dia menjadi saksi detik-detik wafatnya Ibu Tien Soeharto.

Saat itu, dia baru saja menemani Soeharto memancing di Anyer, pada Jumat, 26 April 1996.

Baca Juga: Kesaksian Mantan ART Nagita Slavina Soal Sosok Raffi Ahmad Ketakutan Setor Muka Usai Diduga Main Serong dengan Ayu Ting Ting: Nggak Berani Kumpul Sama Keluarga Capital!

Ketika Soeharto sedang memancing, rupanya Ibu Tien sedang berada di sentra pembibitan buah Mekarsari.

Menurut Sutanto, saat itu Ibu Tien terlalu asyik dan bergembira melihat sejumlah tanaman yang sedang berbuah di tempat itu, sehingga dia pun kurang memperhatikan kesehatannya.

Padahal, sebenarnya Ibu Tien tidak boleh berjalan terlalu jauh dan lama.

Alasannya, Ibu Tien memang sedang mengidap penyakit gangguan jantung.

Baca Juga: Pemerintah Mantap Berlakukan New Normal hingga Jokowi Lakukan Sosialisasi Besar-besaran Sebelum Diterapkan, Begini Tanggapan MUI Soal Pembukan Tempat Ibadah!

Saat Soeharto kembali ke rumah dan bertemu istri pada sore harinya, menurut Sutanto, suasana berlangsung seperti biasanya.

Meski demikian, kala itu Ibu Tien tetap harus terus beristirahat karena kelelahan.

Namun, sesuatu tiba-tiba terjadi pada Minggu (28/4/1996) dini hari, tepatnya sekitar pukul 04.00 WIB.

"Baru pada Minggu dini hari sebelum subuh, sekitar pukul 04.00, Ibu Tien mendapat serangan janting mendadak," kata Sutanto, seperti dikutip dalam buku 'Pak Harto, The Untold Stories'.

Baca Juga: Mantunya Terseret Kasus Dugaan Video Syur hingga Gandeng Pengacara Kondang Lapor ke Polisi, Kekayaan Ayah Mertua Syahrini Mendadak Jadi Sorotan: Atasan dari Hari Tanosoedibjo hingga Pimpinan dari 5 Perusahaan Besar di Indonesia

Saat itu, sang Ibu Negara terlihat sulit bernapas sehingga dilarikan ke RSPAD Gatot Subroto.

"Saya melihat Dokter Kepresidenan, Hari Sabardi, memberi bantuan awal pernapasan dengan tabung oksigen.

Saya sendiri turut membawa Ibu Negara dari rumah ke mobil dan selanjutnya ke RSPAD.

Saat itu, selain Pak Harto, Mas Tommy dan Mas Sigit ikut mendampingi," sambung Sutanto.

Baca Juga: Sengaja Buat Akun Khusus Hujat dan Fitnah Syahrini Sekaligus Cari Rupiah, Pelaku Penyebar Video Syur Mirip Istri Reino Barack Ini Gunakan Motif Jadi Fans Luna Maya, Begini Kelakuannya

Sejumlah upaya medis untuk menyelamatkan Ibu Tien pun dilakukan oleh tim dokter, meski pada akhirnya Ibu Tien menghembuskan napas terakhirnya.

"Sekitar pukul 05.10, Ibu Tien menghembuskan napas terakhir dan meninggalkan berbagai kenangan kepada seluruh rakyat Indonesia," kata Sutanto.

Kemudian Ibu Tien Soeharto dimakamkan di Astana Giribangun di Karanganyar, Jawa Tengah.

Lalu 12 tahun setelah Ibu Tien meninggal, Soeharto menyusul sang kekasih hati ke keabadian pada 27 Januari 2008 dan dimakaman di tempat yang sama.

Diwartakan Tribunnews.com, kompleks makam ini terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 660 meter di atas permukaan laut, tepatnya di di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, sekitar 35 km di sebelah timur kota Surakarta.

Di atas komplek Astana Giribangun, terdapat Astana Mangadeg, yakni komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram.

Baca Juga: Jadi Saksi atas Kasus Kecelakaan Maut Dul Jaelani, Begini Kabar Terkini Mantan Pacar Putra Bungsu Maia Estianty yang Diantar Sebelum Kecelakaan Maut 7 Tahun Lalu, Makin Cantik!

Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 660 meter dpl.

Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, Mangkunegara II, dan Mangkunegara III.

Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan, yakni untuk tetap menghormati para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegara III.

Baca Juga: Bikin Geger, Mbah Mijan Mendadak Minta Semua Orang Hindari Daerah Pantai Selama Pandemi Virus Corona: Ini Bukan Menakut-nakuti!

(*)

Artikel ini telah tayang di Suar.ID dengan judul: Puluhan Tahun Kematian Ibu Tien Menjadi Misteri, Akhirnya Ajudan Soeharto Ungkapkan Hal yang sebenarnya Terjadi di Hari yang Membuat Satu Indonesia Berduka Itu