Pasalnya, Fatmawati saat itu sedang hamil tua dan sudah waktunya untuk melahirkan putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra.
Tak jarang, ia menitikkan air mata kala menjahit bendera itu.
"Berulangkali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu," kata Fatmawati dalam buku itu.
"Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah putih. Saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja. Sebab dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit," sambungnya.
Fatmawati meninggal dunia pada usia 57 tahun di Kuala Lumpur ketika dalam perjalanan pulang dari setelah melangsungkan ibadah umrah pada 1980 akibat serangan jantung. Fatmawati mendapatkan gelar pahlawan nasional dari pemerintah pada tahun 2000, dua puluh tahun setelah wafatnya.
Pemberian gelar pahlawan itu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 118/TK/2000. Mengutip Harian Kompas, 9 November 2000, putri Fatmawati, Sukmawati Soekarnoputri, menilai, pemberian gelar pahlawan nasional kepada ibunya termasuk terlambat.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Profil Ibu Fatmawati Soekarno dan Kisahnya Menjahit Sang Merah Putih..."