Nenek Wartino hidup bersama sang cucu kedua, Masrifah.
Masrifah menceritakan, sang nenek semula tinggal di Indramayu Jawa Tengah.
Namun, Nenek Wartino terpaksa dibawa ke Serang lantaran tidak ada lagi keluarga yang menjaganya di sana.
Hidup Masrifah di Kota Serang juga terbilang serba kekurangan.
Ia merantau dan tinggal di Kampung BTN Cengkok sejak tahun 1996.
Tanah yang ditempati untuk membangun tempat tinggalnya merupakan tanah milik negara, tepatnya milik Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Tanah Nasional.
Masrifah menceritakan, Nenek Wartino dengan kondisi lemah masih mengisi hari-harinya di pembaringan balai dengan bersholawat.
Bahkan, Nenek Wartino masih bisa menghafal Alquran semasa sehat.