Hanya dinding batu bata tanpa plester menjadi pembatas dan atap genteng yang sudah mulai mengelupas, menjadi teman Nenek Wartino sehari-hari.
Lantai rumah hanya beralaskan semen.
Di area ruang tamu, hanya tampak sedikit barang, seperti kipas yang telah diselimuti debu serta sebuah lampu bohlam sebagai penerang kala malam hari datang.
Tempat tinggal Wartino menghadap muara dengan sejumlah kapal nelayan yang biasa mencari ikan ke laut.
Di sekeliling tempat tinggal Nenek Wartino ada terdapat sebuah empang dengan tumpukan perobotan rumah yang sudah rusak.
Bagian kamar mandi tampak tanpa menutup.
Hanya ada tirai kain sebagai penghalang.