GridPop.ID - Miris, begitulah nasib hari tua Wartino.
Di umurnya yang sudah menginjak 1 abad, Wartino harus hidup serba keterbatasan.
Kondisi tubuhnya yang lemah membuat Wartino hanya bisa berbaring tak berdaya di atas balai.
Sementara, bangunan semi permanen yang ia tinggali bersama cucunya di Kampung BTN Cengkok, Kelurahan Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, juga sudah tidak layak huni.
Tak ada ventilasi udara di kamar yang ditempati nenek Wartino.
Apalagi di situlah nenek Wartino buang air besar dan juga air kecil.
Baca Juga: Bak Bumi dan Langit, Begini Kehidupan Syahrini dan Kakak Tirinya, Lihat Kondisi Dapurnya
Badannya yang kurus, kedua tangan dan kakinya yang tak berisi terkulai tak berdaya di atas balai.
Rambutnya memutih, matanya sayup dan tatapannya yang kosong memandangi langit-langit rumah.
Hanya dinding batu bata tanpa plester menjadi pembatas dan atap genteng yang sudah mulai mengelupas, menjadi teman Nenek Wartino sehari-hari.
Lantai rumah hanya beralaskan semen.
Di area ruang tamu, hanya tampak sedikit barang, seperti kipas yang telah diselimuti debu serta sebuah lampu bohlam sebagai penerang kala malam hari datang.
Tempat tinggal Wartino menghadap muara dengan sejumlah kapal nelayan yang biasa mencari ikan ke laut.
Di sekeliling tempat tinggal Nenek Wartino ada terdapat sebuah empang dengan tumpukan perobotan rumah yang sudah rusak.
Bagian kamar mandi tampak tanpa menutup.
Hanya ada tirai kain sebagai penghalang.
Nenek Wartino hidup bersama sang cucu kedua, Masrifah.
Masrifah menceritakan, sang nenek semula tinggal di Indramayu Jawa Tengah.
Namun, Nenek Wartino terpaksa dibawa ke Serang lantaran tidak ada lagi keluarga yang menjaganya di sana.
Hidup Masrifah di Kota Serang juga terbilang serba kekurangan.
Ia merantau dan tinggal di Kampung BTN Cengkok sejak tahun 1996.
Tanah yang ditempati untuk membangun tempat tinggalnya merupakan tanah milik negara, tepatnya milik Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Tanah Nasional.
Masrifah menceritakan, Nenek Wartino dengan kondisi lemah masih mengisi hari-harinya di pembaringan balai dengan bersholawat.
Bahkan, Nenek Wartino masih bisa menghafal Alquran semasa sehat.
Namun, kondisi sang nenek semakin renta dan terbaring di balai.
Sudah empat hari, Nenek Wartino terbaring lemah di kasur.
Musrifah mengaku tak dapat membawa sang nenek ke rumah sakit karena tidak memiliki uang.
Sementara, suaminya hanya seorang nelayan dengan penghasilan tidak menentu.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun Banten dengan judul "Kisah Nenek Wartino Berusia 100 Tahun, Bersholawat dan Hafal Alquran di Tengah Hidup Keprihatinan"